Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham

Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham

Gus Baha-tangkapan layar-

 

DISWAY JOGJA- Rebo Wekasan merupakan tradisi dan budaya khas umat muslim di Indonesia. Pada Rebo Wekasan, sebagian masyarakat Indonesia juga menjalankan puasa sunnah. Biasanya, puasa ini dilakukan selama tiga hari. Puasa ini dilakukan untuk menolak bala agar terhindar dari kesialan.

Tradisi Rebo Wekasan masih menjadi perdebatan dan konreoversi di tengah masyarakat karena dianggap bukan berasal dari ajaran Islam. Sejumlah ulama pun banyak berselisih pendapat tentang amanal Rebo Wekasan. Termasuk ulama kharismatik, KH Bahaudin Nursalim atau dikenal dengan Gus Baha juga turut menyampaikan pendapatnya tentang Tradisi Rebo Wekasan

 

Mengenal Asal Mula Rebo Wekasan

Rebo Wekasan adalah salah satu hari dalam satu tahun kalender Jawa dan Islam yang dinilai memiliki aspek spiritual yang tinggi. 

Rebo Wekasan diambil dari hitungan hari Rabu Terakhir yang terdapat pada Bulan Safar menurut kalender hijiriyah. 

Kenapa hanya bulan Safar ada Rebo Wekasan? Sejarahnya adalah pada kisah tentang pandangan masyarakat dahulu yang menganggap bahwa bulan Safar adalah bulan Tasa’um atau kesialan. Untuk menghindari kesialan di hari ini, biasanya sebagian masyarakat melakukan beberapa ritual. Biasanya terdapat ritual untuk menolak bala atau bencana yang dilakukan oleh masyarakat di Rebo Wekasan ini. 

BACA JUGA:Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham

Kemudian, oleh Wali Songo sebagai pembawa ajaran Islam di Indonesia, kepercayaan dan tradisi tersebut kemudian dimodifikasi. Ritual dan amalan yang dilakukan nenek moyang diganti dengan tradisi dan doa bernafaskan Islam. Dengan cara ini, model dakwah Wali Songo ini bisa diterima dengan mudah masyarakat. Ajaran Islam juga bisa masuk tanpa menyinggung perasaan mereka.

Hingga kini, tradisi Rebo Wekasan terus dilestarikan oleh umat muslim khususnya di Jawa. Namun dalam pelaksanaannya, setiap daerah memiliki cara atau tradisi yang berbeda-beda.

Misalnya, di Banyuwangi melakukan tradisi petik laut, di Bantul biasanya membuat lemper raksasa untuk dibagikan, atau di Banten yang melaksanakan salat khusus di pagi hari pada Rabu terakhir bulan Safar.

BACA JUGA:9 Keajaiban Budaya Yogyakarta: Memahami Kekayaan Warisan dan Tradisi

Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: