Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham

Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham

Gus Baha-tangkapan layar-

"Kamu tidak merasa memberi orang, seperti butuhnya orang itu kepadamu, jadi sama," sambung Gus Baha.

"Begitu juga mengajar dan juga dakwah," tutur Gus Baha saat menjelasakan tiga amalan Rebo Wekasan itu.

Sebab menurut Gus Baha, orang yang memberi dan yang diberi sama-sama butuh, namun kebutuhan mereka berdua berbeda.

Orang yang menerima lebih membutuhkan uang, karena mungkin sedang tidak punya uang atau miskin.

BACA JUGA:Dari Menyayat Kulit sampai Menusuk Lidah: 5 Tradisi Brutal Pembuktian Kedewasaan

Sementara orang yang memberi, harus punya prinsip, bahwa dia butuh pahala sedekah dan butuh orang yang menerima.

"Mestinya setiap kamu sedekah, ya merasa kamu butuh orang yang disedekahi," jelas Gus Baha.

"Jangan kamu punya perasaan kamu memberi, kalau kamu merasa begitu bisa otoriter rawan sok berjasa, padahal kamu butuh," ungkap Gus Baha.

Lebih jauh, Gus Baha menjelaskan konsep sedekah itu seperti dengan sistem tabungan di perbankan. Ibaratnya, orang sedekah itu berharap diambil saat di akhirat nanti. Sama dengan menyimpan uang di bank, juga bisa diambil suatu hari nanti.

"Berarti kamu sedekah ke Rukhin (nama santri) Rp1 juta, anggap saja nanti kamu ambil di akhirat," jelas Gus Baha.

"Berarti faktor amalmu kepada orang lain itu sebenarnya tidak ada, karena kamu yakin akan kamu ambil di akhirat," sambung Gus Baha.

Konsep tersebut juga dipakai pada amalan Rebo Wekasan lain, yaitu mengajar dan berdakwah.

"Misal saya mengajar, ya sudah niatku hanya untuk mendapat surga, selesai kan," ungkap murid kesayangan KH Maimun Zubair itu.

"Tapi kalau saya merasa berjasa, ingin dihormati, tersinggung, dan lain-lain. Saya tidak sejenis itu, naudzubillah, kampungan," tegas Gus Baha. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: