Simak, Sering Disalahkan, Ternyata Bukan AI Yang Gerus Pekerjaan
Simak, Sering Disalahkan, Ternyata Bukan AI Yang Gerus Pekerjaan--
DISWAY JOGJA - Inovasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin canggih sering disebut bakal menggeser posisi manusia dalam pekerjaan. Apalagi sejak kemunculan ChatGPT yang ramai akhir 2022 lalu.
Dilansir dari CNBC International, para ahli pun memprediksi bahwa AI akan berdampak kepada pekerjaan atau setidaknya mengotomatisasikannya. Mereka juga menunjukkan kemajuan teknologi sering menciptakan peran baru.
Meski demikian, laporan HSBC menyebut perkembangan teknologi, termasuk menjamurnya AI, bukan menjadi faktor terbesar di balik hilangnya pekerjaan di masa mendatang.
Mengacu "Laporan Ketenagakerjaan 2023" Forum Ekonomi Dunia, HSBC mencatat hanya empat tren ekonomi makro yang diperkirakan menyebabkan perpindahan pekerjaan. Adapun faktor paling umum penyebab hilangnya pekerjaan adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global tumbuh pada tingkat yang jauh lebih lambat dari 2022, dengan perkiraan 2,1% untuk tahun 2023 dibandingkan dengan 3,1% tahun 2022.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan kekurangan pasokan atau permintaan secara umum membuat banyak perusahaan berharap untuk beroperasi dengan lebih sedikit pekerja. Tetapi penting untuk diingat bahwa tidak semua perubahan ekonomi diharapkan berarti lebih sedikit pekerja.
Seperti contoh, perusahaan mengharapkan transisi hijau dan penggunaan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan.
Dampak Teknologi pada Pekerjaan
Peningkatan adopsi teknologi baru adalah pola lain yang diharapkan perusahaan mengarah pada penciptaan lapangan kerja, dan AI adalah bagian dari ini. Menurut data WEF, sekitar 20% perusahaan mengharapkan AI untuk menambah pekerjaan daripada menggantinya.
Hanya dua faktor terkait teknologi yang diperkirakan akan menyebabkan peran menjadi mubazir, yaitu munculnya robot humanoid dan non-humanoid.
"Sementara AI mendapatkan sebagian besar perhatian saat ini, ada baiknya mempertimbangkan sepenuhnya dampak dari berbagai teknologi di pasar tenaga kerja," dikutip dari laporan tersebut.
Terutama jika menyangkut teknologi, pengaruh perkembangan baru mungkin juga lebih luas daripada sekadar pekerjaan yang digantikan.
"Pertanyaannya adalah apakah kita dapat memiliki pekerja yang cukup dan keterampilan pekerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan baru ini."
Bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat yang menyebabkan hilangnya pekerjaan, HSBC mengidentifikasi kekurangan pasokan dan kenaikan biaya untuk bisnis, meningkatnya biaya hidup konsumen, dan dampak berkelanjutan dari pandemi Covid-19.
Temuan itu muncul karena inflasi pada tingkat konsumen dan grosir tetap tinggi di banyak negara, meskipun ada indikasi tekanan dari kenaikan harga mungkin berkurang.
Laporan indeks harga konsumen dan produsen AS terbaru datang lebih rendah dari yang diharapkan, dengan indeks harga konsumen mencapai level terendah sejak Maret 2021 secara tahunan pada Juni, tetapi masalah tetap ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: