Ekonom UGM: Sebaiknya Jangan Menaikkan Harga BBM Tahun Ini
Ilustrasi. Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyebut jika terjadi harga BBM naik untuk pertalite dan solar maka bisa memperburuk daya beli masyarakat. --
YOGYAKARTA, JOGJA.DISWAY.ID – Hampir semua masyarakat Indonesia tidak setuju dengan adanya kenaikan harga BBM oleh pemerintah.
Kenaikan harga BBM berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang mencoba bangkit dari keterpurukan usai pandemi.
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyebut jika terjadi harga BBM naik untuk pertalite dan solar maka bisa memperburuk daya beli masyarakat.
BACA JUGA:Pertamina: Harga BBM dan Gas Jenis Ini Tidak Naik!
Selain itu tingkat konsumsi masyarakat juga akan memburuk, sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Fahmy mengatakan mengambil opsi harga BBM subsidi naik bukan pilihan yang tepat saat ini.
“Jumlah konsumen pertalite dan solar di atas 70 persen, sudah pasti menyulut inflasi,” katanya dikutip dari Antara, Senin (22/8).
Fahmy mengungkapkan beban APBN untuk subsidi energi semakin membengkak hingga mencapai Rp 502,4 triliun.
Jika kuota pertalita yang ditetapkan 23 ribu kilo liter akhirnya jebol, maka subsidi bisa mencapai di atas Rp 600 triliun.
Menurut Fahmy, ketika pertalite dinaikan menjadi Rp 10 ribu per liter maka akan memberikan kontribusi terhadapi inflasi yang diperkirakan mencapai 0,97 persen.
BACA JUGA:Mulai Hari Ini, Pertamina Naikan Harga BBM dan Gas Elpiji
BACA JUGA:Beli BBM Pakai Aplikasi MyPertamina Merepotkan ‘Wong Cilik’
Dia menyebut dengan kontribusi itu maka inflasi tahun berjalan bisa sampai 6,2 persen yoy (year on year).
Inflasi sebesar itu maka akan memperburuk tingkat konsumsi dan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang saat ini mencapai 5,4 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: genpi