Ngeri! Sekitar 8.976 Masyarakat Sumbar Tertular HIV
Penelitian Kemenkes bersama WHO menyebut 8.976 masyarakat Sumbar tertular virus HIV dan AIDS. (Foto: Antara)-fin.co.id-fin.co.id
PADANG (Disway Jogja) - Penelitian Kemenkes bersama WHO menyebut 8.976 masyarakat Sumbar tertular virus HIV dan AIDS.
Hal itu disampaikan Kasi Penanganan Penyakit Menular Dinkes Sumbar Joni Siwanto, Rabu (6/7).
Dia menjelaskan Dinkes Sumbar baru menjaring sekitar 4.900 Orang Dalam HIV dan AIDS (ODHA).
Artinya, Dinkes Sumbar masih mendeteksi sisa dari total hasil penelitian Kemenkes bersama WHO tersebut.
"Berarti ada setengah lagi yang belum terdeteksi oleh Dinkes Sumbar," kata Joni.
Perincian data Dinkes Sumbar, ada 1.339 ODHA yang sedang minum obat, 562 meninggal, 261 berhenti minum obat, dan 763 tanpa kabar.
Dari 19 kabupaten dan kota yang ada di Sumbar, kasus HIV dan Aids terbanyak berada di Padang. Kemudian disusul oleh Bukittinggi dan Kota Solok.
Pada 2022 sudah ada 85 kasus HIV yang ditemukan Dinkes Sumbar di Kota Padang.
"Hal ini wajar karena ODHA memilih berobat di Padang. Sebab itu angkanya meningkat dari daerah lainnya," jelas Joni.
Pada lima tahun terakhir, kasus HIV memang meningkat di Sumbar. Kebanyakan kasus berasal dari kalangan Laki Seks Laki (LSL).
"Terjadi peningkatan kasus 67 persen dari kalangan LSL. Belum lagi dari PSK yang susah menjangkaunya," tambahnya.
Tak hanya itu, Joni membeberkan ada ODHA berisiko seperti ibu rumah tangga dan siswa sekolah.
Agar semua ODHA terjaring, Dinkes Sumbar sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, sekolah, dan pesantren agar mau melakukan tes HIV. Namun, sampai saat ini pihak sekolah belum mengizinkan.
"Kami berpandangan bahwa sekolah atau pesantren merupakan salah satu yang berisiko," sebutnya.
Dinkes Sumbar berencana memetakan pelaku kunci dan berisiku untuk melakukan tes HIV. Terkait pengobatan ODHA, Dinkes Sumbar akan menggunakan anggaran dari APBN, APBD, dan donor dari luar negeri.
"Kalau mengandalkan APBD saja, saya rasa Dinkes Sumbar tidak akan mampu memberikan obat secara terus-menerus. Satu obat saja harganya Rp 250 ribu dan ini harus dikali tiga," tutupnya. (jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: fin.co.id