Diabetes Boleh Kok Makan Cokelat. Eits, Ada Syaratnya!
Cokelat Manis (Image oleh Public Co dari Pixabay)--
JAKARTA (Disway Jogja) - Ketika bicara diabetes makan orang akan mengaitkan kondisi ini, salah satunya dengan larangan makan makanan yang manis-manis.
Dari sekian banyak makanan yang manis, cokelat pastinya akan masuk dalam daftar pantangan makan bagi penderita diabetes.
Namun pertanyaannya, benarkah penderita diabetes tidak boleh makan cokelat?
Well, pada dasarnya cokelat memang tidak dianjurkan untuk penderita diabetes, kecuali cokelat tertentu.
Cokelat yang dimaksud di sini menurut ahli, via Alodokter adalah jenis dark chocolate atau cokelat hitam.
Selama memenuhi kriteria cokelat hitam yang dianjurkan, maka konsumsi jenis cokelat ini justru dianjurkan untuk penderita diabetes.
“Cokelat justru baik untuk kamu konsumsi. Namun, pilihlah cokelat yang jenisnya cokelat hitam (dark chocolate),” kata ahli sebagaimana dikutip FIN dari Alodokter.
“Cokelat jenis ini dipercaya bisa menjaga gula darah tetap stabil dan meningkatkan kerja hormon insulin yang sangat baik untuk penderita diabetes”.
Adapun kriteria cokelat hitam yang dimaksud di sini, adalah cokelat hitam yang mengandung setidaknya kakao dengan kadar 70 persen.
Sarat lainnya ketika memakan cokelat hitam dengan kadar kakao 70 persen, penderita diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi gulanya 15-30 gram per hidangannya.
Terkait dengan kompisisi kakao pada cokelat hitam, bisa didapati dengan membaca kandungan yang digunakan produsen pembuat cokelat hitam, pada informasi gizi yang tertera di kemasan.
Makan Cokelat Hitam Juga Sehatkan Jantung
Taukah Anda, ketika dikonsumsi secara rutin, seperti setiap pagi hari, konsumsi cokelat hitam diklaim mampu mengurangi risiko seseorang terkena penyakit jantung di kemudian hari.
Menurut Profesor Saverio Stranges yang merilis temuannya pada British Journal of Nutrition, kandungan tinggi antioksidan, dalam hal ini flavanoid yang ditawarkan jenis cokelat ini, adalah alasan benefit sehat yang diklaimnya.
Penelitian ini sendiri melibatkan setidaknya 1.153 partisipan, usia antara 8-69 tahun, yang mengambil bagian dari studi Observation of Cardiovascular Risk di Luxemburg. (fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: fin.co.id