Takhta Bukan Sekadar Garis Darah, KGPAA Benowo Ungkap Laku Spiritual dan Warisan PB XIII di Keraton Surakarta
Jenazah PB XIII diturunkan dari mobil, di tengah ribuan pelayat dan abdi dalem yang memberikan penghormatan terakhir.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
“Lalu saya juga mendengar Gusti Tejo katanya juga mendeklarasikan diri menjadi pengganti Pakubuwono XIII. Tapi saya belum melihat sendiri, baru mendengar kabar,” tambahnya.
BACA JUGA : PSIM Jogja Tekuk 2-1 atas Persik Kediri, Laga Diwarnai Dua Kartu Merah di Stadion Sultan Agung
BACA JUGA : Sri Sultan Soroti Kasus Keracunan MBG di Gunungkidul, Masakan Tak Didinginkan Bisa Picu Bahaya
Menurutnya, siapa pun berhak menyampaikan aspirasi atau niat untuk menjadi penerus raja.
Ia menegaskan bahwa takhta keraton tidak boleh dijadikan ajang perebutan pribadi. Bagi dirinya, proses suksesi seharusnya mengutamakan musyawarah dan mufakat, bukan ambisi atau kepentingan kelompok tertentu.
“Kalau memang benar, ya silakan. Siapapun boleh mendeklarasikan. Jangan-jangan nanti saya juga ikut mendeklarasikan diri sebagai pengganti Pakubuwono XIII, tapi tidak pantas lah,” lanjutnya sembari tersenyum, menandakan sindiran halus namun bermakna dalam.
Ia menegaskan, inti dari keberlanjutan keraton bukan terletak pada siapa yang berkuasa, melainkan bagaimana menjaga warisan budaya dan tanggung jawab besar yang menyertainya.
Ia menyebut Keraton Surakarta bukan sekadar simbol kerajaan, tetapi sebuah rumah besar yang membutuhkan komitmen bersama untuk dirawat dan dijaga.
“Mestinya harus ada mufakat, musyawarah demi kebaikan keraton. Ini bukan untuk kepentingan pribadi, tapi demi masa depan keraton. Karena rumah sebesar itu, rumah, bukan sekadar keraton atau kerajaan untuk merawatnya saja setengah mati,” tegasnya.
BACA JUGA : Pariwisata DIY Sumbang 34 Persen Ekonomi Daerah, Sri Sultan Dorong Berbasis Budaya dan Teknologi
BACA JUGA : Penasihat Presiden Ahmad Dofiri Ungkap Kebijakan Sri Sultan Saat Tangani Isu SARA di Yogyakarta
Pernyataannya seolah menjadi pengingat bagi para pewaris dan keturunan Kasunanan Surakarta, bahwa jabatan seorang raja bukan sekadar hak keturunan, melainkan tanggung jawab moral dan spiritual yang besar.
Di tengah kabar tentang berbagai deklarasi yang mulai beredar, suara Benowo membawa pesan teduh: bahwa masa depan keraton hanya bisa dijaga melalui kebersamaan, bukan perebutan.
Sebab, seperti ia katakan, keraton adalah rumah dan rumah hanya bisa berdiri kokoh jika semua penghuninya mau merawatnya bersama.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: