Dikpora DIY: Rencana Pengajaran Bahasa Portugis Perlu Matangkan Infrastruktur dan SDM

Dikpora DIY: Rencana Pengajaran Bahasa Portugis Perlu Matangkan Infrastruktur dan SDM

Kepala Balai Tekkomdik, Rudy Prakanto, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (3/11/2025), menilai inisiatif ini sebagai inovasi pendidikan, namun menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, serta ketersediaan guru dan kurikulum.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Kepala Balai Tekkomdik Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY, Rudy Prakanto, menilai rencana penambahan mata pelajaran bahasa Portugis di sekolah merupakan inovasi menarik dalam dunia pendidikan. 

Namun demikian, dia menekankan pentingnya kesiapan dari sisi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) sebelum kebijakan tersebut diterapkan di satuan pendidikan.

“Dari satu sisi, itu bagus sebagai inovasi dan kebaruan dalam pendidikan. Cuma, yang perlu disiapkan adalah infrastrukturnya dan juga SDM-nya. Apakah potensi itu memungkinkan untuk segera dijalankan? Sehingga kesiapan menjadi hal yang sangat penting untuk satuan pendidikan,” ujar Rudy, ditemui di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (3/11/2025).

Rudy menambahkan, penambahan bahasa Portugis sebagai mata pelajaran juga perlu mempertimbangkan jam pelajaran (JPL) yang sudah padat di sekolah. Menurutnya, jika bahasa Portugis dikemas sebagai mata pelajaran pilihan atau muatan lokal, maka kebijakan itu masih memungkinkan untuk dijalankan.

BACA JUGA : Sri Sultan dan Pemerintah Victoria Bahas Peningkatan Kerja Sama Pendidikan dan Budaya

BACA JUGA : Realisasi JPS Sleman Rp9 Miliar, Pendidikan Jadi Prioritas Utama Bantuan Sosial

“Kalau itu dikemas dalam format pilihan, itu menjadi potensi yang bisa dilaksanakan. Tapi kalau sifatnya wajib, mungkin perlu diperhitungkan lagi karena JPL sekarang sudah sangat banyak,” jelasnya.

Rudy juga menyarankan agar pada tahap awal, program pembelajaran bahasa Portugis dapat difokuskan pada jurusan bahasa di sekolah menengah, bukan langsung diterapkan pada jurusan IPA atau IPS.

"Untuk awal mungkin bisa diperuntukkan bagi jurusan bahasa. Ini bisa menjadi barometer apakah potensial untuk diajarkan lebih luas,” terangnya.

Terkait ketersediaan tenaga pengajar, Rudy mengakui bahwa saat ini guru yang memiliki kemampuan bahasa Portugis masih sangat terbatas. Karena itu, menurutnya perlu dipertimbangkan apakah akan melibatkan penutur asli (native speaker) atau melalui program pelatihan dan kursus khusus bagi guru yang sudah ada.

BACA JUGA : Ribuan Mahasiswa Baru Resmi Bergabung, UMY Tegaskan Komitmen Pendidikan Global dan Islami

BACA JUGA : Pesan Sri Sultan ke Mahasiswa: Tak Perlu Jadi Orang Jawa, Jadilah Diri Sendiri yang Baik

“Kesiapan guru menjadi hal penting. Apakah nanti perlu ada native yang memiliki kemampuan bahasa Portugis, atau dibuat kursus spesial seperti dulu untuk bahasa Jerman dan Prancis,” imbuhnya.

Selain kesiapan guru, dia juga menekankan pentingnya penyusunan materi ajar, silabus, dan kurikulum yang matang agar penerapan pelajaran baru ini tidak menjadi beban tambahan bagi sekolah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: