Di Usia 71 Tahun, Grego Julius Persembahkan Doa Lewat Konser Orkestra “Simfoni Bagi Sang Pencipta”
Musik dan doa berpadu indah dalam konser orkresta rohani bertajuk “Simfoni Bagi Sang Pencipta, Saat Nada Menjadi Doa” yang digelar di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, Sabtu (18/10/2025) malam.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Musik dan doa berpadu indah dalam konser orkresta rohani bertajuk “Simfoni Bagi Sang Pencipta, Saat Nada Menjadi Doa” yang digelar di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, Sabtu (18/10/2025) malam.
Dari balik podium, sosok pria berusia 71 tahun berdiri tenang, memimpin puluhan pemusik yang siap memainkan nada-nada penuh makna.
Konser ini bukan sekadar pertunjukan musik, melainkan persembahan spiritual yang lahir dari hati sang penggagas, Grego Julius. Baginya, musik bukan sekadar harmoni nada, tetapi bentuk doa dan syukur atas hidup yang telah dijalani.
“Konser ini adalah ucapan terima kasih saya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setiap lagu yang saya tulis adalah doa, permohonan, dan rasa syukur atas kehidupan yang telah saya terima,” ujar Grego.
BACA JUGA : Konser Rohani Simfoni Bagi Sang Pencipta, Saat Nada Menjadi Doa di Yogyakarta
BACA JUGA : Konser Orkestra Anak Raré Waditra Tampilkan Sembilan Repertoar Tembang Dolanan Anak di Keraton Yogyakarta
Dalam konser tersebut, Grego dan orkestra membawakan 22 lagu ciptaannya sendiri. Ada perpaduan pop, klasik, jazz, bossa nova, hingga latin, yang semuanya bernafaskan spiritualitas dan ketulusan.
“Sebagian lagu biasa dinyanyikan di gereja, tapi juga ada yang bisa dinikmati siapa pun, lintas keyakinan. Lagu-lagu saya mengantarkan orang untuk berdoa,” katanya.
Dua lagu paling personal bagi Grego adalah “Aku Mohon Ampun” dan “Sungkem”. Lagu pertama lahir dari pengalaman pahit saat dirinya menderita sakit selama berbulan-bulan.
“Saya sempat depresi, tidak tahu kenapa sakitnya tak sembuh-sembuh. Dari situ saya belajar rendah hati dan menulis lagu sebagai bentuk penyesalan dan permohonan ampun,” kenangnya.
BACA JUGA : Perpaduan Orkestra dengan Gamelan, Konser Kolaborasi Musik Inggris dan Yogyakarta Tampil Memukau
BACA JUGA : Yogyakarta Royal Orchestra Persembahkan 11 Lagu Perjuangan dalam Konser Kamardikan 2025
Sementara “Sungkem” dia tulis dengan air mata ketika keempat anaknya satu per satu meninggalkan rumah untuk membangun keluarga baru.
“Lagu itu menggambarkan momen ketika anak meminta doa restu orang tuanya. Itu sangat mengharukan,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: