Pameran ini juga menjadi ruang dialog antara tradisi dan kontemporer. Referensi sejarah Jawa Kuna, kakawin Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa, hingga simbol-simbol Hindu-Buddha dihadirkan berdampingan dengan pendekatan seni rupa modern yang bebas dan kontekstual.
BACA JUGA : Tak Gelar Event Tahun Baru, Malioboro Tetap Hidup dengan Atraksi Seni Jalanan
BACA JUGA : Festival Perak Kotagede 2025, Merangkai Kembali Jejak Tradisi Warisan Seni Logam Yogyakarta
Salah satu pendiri Bentara Budaya Yogyakarta, Sindhunata, menegaskan bahwa pameran “AIRLANGGA” adalah ajakan untuk kembali pada keklasikan yang menjadi fondasi sejarah Nusantara.
“Kita diajak kembali ke abad ke-11, bertemu dengan seorang raja muda yang sangat bijaksana. Airlangga bukan hanya pemimpin yang mempersatukan Jawa-Bali, tetapi juga teladan tentang bagaimana kekuasaan pada akhirnya harus dilepaskan,” tuturnya.
Romo Sindhunata menyinggung akhir kehidupan Airlangga yang memilih menjadi mandito, menanggalkan tahta dan kembali ke jalan pertapaan. Sebuah sikap yang, menurutnya, relevan dengan situasi kepemimpinan hari ini, ketika seorang pemimpin justru diuji oleh kemampuannya untuk menahan diri dan kembali pada ketenangan batin.
Pameran seni rupa “AIRLANGGA” karya 20 seniman lintas generasi, di Bentara Budaya Yogyakarta, menghadirkan pembacaan ulang sosok Raja Airlangga sebagai figur kepemimpinan Jawa-Bali, pameran ini berlangsung 21-30 Desember 2025.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
Keunikan pameran ini, kata Sindhunata, terletak pada respons seniman-seniman kontemporer terhadap sejarah klasik yang berjarak lebih dari seribu tahun.
“Ini bukan nostalgia, melainkan kesinambungan. Kita memodernkan diri dengan berpijak pada sejarah yang kita miliki,” terangnya.
BACA JUGA : Warna Warni Malioboro Hadirkan Kirab Budaya hingga Musik Amal di Titik Nol Kilometer
BACA JUGA : Hasto Wardoyo Dorong Partisipasi Warga, Seni dan Budaya Jogja Jadi Magnet Wisatawan Internasional
Dua Puluh Tafsir, Satu Nilai
Sebanyak 20 seniman ambil bagian dalam pameran ini, menghadirkan spektrum tafsir yang kaya tentang Airlangga sebagai figur kepemimpinan dan simbol peradaban.
Mereka adalah Ananta O’Edan, Bambang Sudarto, Budi Ubrux, Citra Conde, Dyan Anggraini, Edi Sunaryo, Felix S. Wanto, Herjaka HS, Hermanu, Indiria Maharsi, Iskandar, Joko Maruto, Ledek Sukadi, Mahdi Abdullah, Putu Sutawijaya, Ronang Pratama, Sriyadi Srinthil, Subandi Giyanto, Suharmanto, dan Susilo Budi.
Pameran seni rupa “AIRLANGGA” karya 20 seniman lintas generasi, di Bentara Budaya Yogyakarta, menghadirkan pembacaan ulang sosok Raja Airlangga sebagai figur kepemimpinan Jawa-Bali, pameran ini berlangsung 21-30 Desember 2025.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
Masing-masing seniman merespons Airlangga dengan sudut pandang berbeda, dari refleksi spiritual, kritik sosial, hingga pembacaan metaforis atas kekuasaan dan tanggung jawab moral seorang pemimpin.