Ia menambahkan, saat ini belum ada kesenian di Sleman yang benar-benar berada di ambang kepunahan. Namun, pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi melalui program identifikasi, inventarisasi, dan revitalisasi terhadap berbagai kesenian tradisi yang dinilai rentan kehilangan generasi penerus.
"Belum ada yang benar-benar terancam, ya. Beberapa kesenian itu nanti akan kita identifikasi, kita inventarisasi, kemudian kita lakukan revitalisasi,” sebutnya.
Ia menekankan, proses revitalisasi dan regenerasi pelaku seni tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan aktif dari masyarakat dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain.
Dinas Kebudayaan hanya akan menjadi penggerak dan fasilitator, sementara keberlanjutan budaya sepenuhnya bergantung pada partisipasi masyarakat di akar rumput.
“Tapi, proses itu tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak, baik dari OPD lain maupun dari masyarakat. Karena untuk merekrut anak-anak muda agar terlibat dalam kesenian, tidak mungkin dilakukan hanya oleh Dinas Kebudayaan. Bisa saja, tapi hasilnya tidak akan maksimal,” tambahnya.
Komitmen kolaboratif ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem kebudayaan yang hidup, di mana generasi muda tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari pelaku aktif yang menjaga napas budaya Sleman agar tetap lestari di tengah modernisasi.