Mengenai pendapatan harian, Ibu Siti mengaku bahwa omzet yang didapatkannya tidaklah fantastis. Rata-rata, dalam sehari, warungnya hanya mampu menjual sekitar 30 mangkuk mie ayam lebih. Dari jumlah penjualan tersebut, omzet harian yang berhasil dikumpulkan rata-rata mencapai Rp 200.000. Angka ini cukup untuk menafkahi keluarga, meskipun didapatkan dengan perjuangan keras dan efisiensi biaya yang tinggi.
Makna Lebih dari Sekadar Harga Murah
Kisah Mie Ayam Om Kendi adalah cerminan dari etos kerja keras dan mentalitas bisnis yang menempatkan aksesibilitas di atas keuntungan maksimum. Dalam lingkungan ekonomi yang menuntut kenaikan harga, warung kecil di Kretek, Bantul, ini mengajarkan kita tentang pentingnya loyalitas pelanggan yang dibangun di atas dasar harga yang stabil dan kejujuran rasa. Keberadaan warung ini menjadi sebuah titik terang, memastikan bahwa hidangan lezat seperti mie ayam tetap dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, terutama bagi mereka yang mencari pelipur lara setelah seharian bekerja keras, seperti para pemancing di kawasan selatan.
BACA JUGA : Bantul Yogyakarta Punya Sambal Ganja Paling Menggoyang Lidah, Simak Ulasan Lengkapnya
BACA JUGA : 5 Kuliner Olahan Ayam Lezat Yogyakarta dengan Rasa Menggugah Selera, Cek Disini
Keberlanjutan warung ini selama lebih dari dua dekade membuktikan bahwa modal utama dalam berbisnis tidak melulu soal modal besar atau lokasi mewah, melainkan keuletan, konsistensi rasa, dan kepribadian pemilik yang ramah.
Ibu Siti Maesaroh dan Mie Ayam Om Kendi telah mengukir kisah inspiratif di tengah dinamika kuliner Yogyakarta, menunjukkan bahwa berkah finansial, meskipun kecil, dapat membawa manfaat besar, bahkan mampu mengantarkan anak-anaknya menempuh pendidikan yang layak. Ini adalah cerita yang melampaui harga Rp 4.000; ini adalah warisan ketekunan dari tanah Jogja.