diswayjogja.id – Setiap kali perayaan Hajad Dalem Sekaten di Keraton Jogja digelar untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, ada satu kuliner yang menjadi ikon dan incaran banyak orang: sego gurih. . Hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki makna mendalam yang membuatnya berbeda dari hidangan nasi gurih lainnya. Sego gurih adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad, menjadi simbol berkah dan kebersamaan bagi masyarakat Jogja.
Perayaan Hajad Dalem Sekaten sendiri adalah rangkaian acara sakral yang puncaknya ditandai dengan prosesi Garebeg Maulud. Rangkaian acara ini berpusat di kompleks Masjid Gedhe Kauman, Kota Jogja, dan selalu menarik ribuan pengunjung. Kehadiran para pedagang musiman, seperti yang menjual sego gurih, menambah semarak suasana perayaan. Mereka hanya berjualan selama hajatan berlangsung, menunjukkan betapa istimewanya kuliner ini dalam konteks perayaan keagamaan tersebut.
Sego gurih memang memiliki rasa yang mirip dengan nasi uduk pada umumnya, yaitu perpaduan gurih santan. Namun, yang membuatnya istimewa adalah racikan khusus dan kelengkapan lauknya. Sego gurih disajikan dengan rebon, bumbu pecel, koya, kedelai hitam dan putih, tempe kering, telur dadar atau suwir, sambal krecek, suwiran ayam, serta lalapan. Perpaduan lauk ini menciptakan harmoni rasa yang sangat kaya dan kompleks, membuat setiap suapannya menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Menurut Febri, salah seorang pedagang sego gurih, hidangan ini memiliki arti khusus, terutama mengalap berkah menjelang prosesi Garebeg Hajad Dalem Sekaten. Konon, memakan sego gurih dapat mendatangkan berkah dan bahkan membuat seseorang awet muda, meskipun hal ini masih dalam ranah mitos. Terlepas dari mitosnya, sego gurih tetap menjadi hidangan yang dicari karena nilai spiritual dan budayanya.
BACA JUGA : Lapar Tengah Malam? 5 Tempat Makan Buka Sampai Dini Hari di Jogja Ini Siap Jadi Penyelamatmu
BACA JUGA : 5 Rekomendasi Tempat Jajan Cookies Enak di Jogja, Banyak Varian Rasa Harga Terjangkau
Makna Filosofis dan Daya Tarik Sego Gurih
Di balik kenikmatan rasanya, setiap racikan lauk pada sego gurih memiliki makna filosofis yang dalam. Meskipun tidak semua orang, termasuk pedagang, tahu secara detail, para abdi dalem Keraton dan sesepuh masyarakat Jogja seringkali menceritakan makna di balik hidangan ini. Keunikan ini membuat sego gurih bukan sekadar makanan, melainkan representasi dari kekayaan budaya dan tradisi Jawa.
Febri sendiri mengaku antusias berjualan sego gurih pada gelaran Hajad Dalem Sekaten. Ia mengungkapkan bahwa pembeli yang datang ke warungnya sebagian besar adalah orang-orang asli Jawa yang memahami mitos dan doa yang terkandung di dalam hidangan ini.
Mereka tidak hanya makan untuk kenyang, tetapi juga untuk mendapatkan berkah. Sementara itu, bagi orang luar Jogja, sego gurih menjadi daya tarik tersendiri, mendorong mereka untuk mencoba dan bertanya-tanya tentang makna di baliknya.
Harga per porsinya pun sangat terjangkau, hanya Rp 15.000. Dengan harga tersebut, pembeli sudah bisa menikmati nasi gurih yang lezat dengan berbagai campuran hidangan yang menggoda selera.
BACA JUGA : Nikmati Mie Nyemek Paling Maknyus di Jogja, Ini 5 Rekomendasinya Wajib Dicoba
BACA JUGA : Pecinta Makanan Korea Wajib Coba 7 Tempat Makan Kimchi Terenak di Jogja, Dijamin Nagih
Menurunnya Antusiasme dan Pentingnya Regenerasi Budaya
Meskipun sego gurih masih diminati, Febri mengakui bahwa antusiasme pembeli, terutama dari kalangan muda, mulai menurun.
Ia merasa bahwa jika anak muda tidak dikenalkan dengan budaya Jogja, mereka tidak akan memahami makna dan keunikan sego gurih ini. Hal ini menjadi tantangan besar dalam melestarikan kuliner tradisional yang sarat akan nilai budaya.
Untuk menjaga kelestarian kuliner seperti sego gurih, diperlukan upaya-upaya untuk mengenalkannya kepada generasi muda. Promosi melalui media sosial, cerita yang menarik tentang sejarah dan makna di balik hidangan, serta inovasi dalam penyajian dapat membantu menarik minat mereka.