Kios ini juga menjadi referensi bagi para pedagang di pasar rakyat. Sementara program Warung Mrantasi melibatkan pedagang dalam menjaga stabilitas harga dengan tetap memberikan keuntungan yang wajar.
“Tahun lalu, kami melibatkan 25 pedagang sembako di Pasar Beringharjo. Tahun ini, program akan diperluas ke Pasar Sentul dan Pasar Prawirotaman dengan tambahan 35 pedagang,” jelasnya.
Ambar mengungkapkan telah menyiapkan dua agenda utama, yaitu operasi pasar yang akan dilakukan di beberapa lokasi untuk memastikan pasokan barang tetap tersedia dan harga tetap stabil.
BACA JUGA : Jelang Idul Fitri 2024, Stok dan Harga Bahan Pokok di DIY Stabil
BACA JUGA : Ketersediaan Bahan Pokok di Kulon Progo Cukup, Pemkab Gelar Pasar Murah di 12 Kapanewon
Pemkot Yogyajarta bekerja sama dengan Bulog dan distributor guna memastikan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok.
Serta pasar Murah d 14 Kemantren, yang akan dimulai pertengahan Februari hingga Maret 2025. Setiap kemantren mendapat alokasi 4 ton bahan pokok, sementara tiga kemantren dengan jumlah warga miskin lebih tinggi akan mendapatkan 6 ton.
“Masyarakat cukup membawa KTP sesuai domisili kematren tempat pasar murah berlangsung. Kami memastikan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), agar masyarakat bisa mendapatkan barang dengan harga terjangkau informasi melalui kemantren dan media sosial resmi untuk mengetahui harga pasarnya,” ujar Ambar.
Menurutnya, kenaikan harga saat Ramadan juga dipicu oleh meningkatnya konsumsi masyarakat. Selain kebutuhan rumah tangga, para pelaku UMKM dan pedagang kuliner juga membeli lebih banyak bahan baku untuk produksi makanan seperti roti dan takjil.
“Keunggulan Yogyakarta adalah komunikasi yang baik antara pemerintah, Bulog, dan distributor, sehingga distribusi lebih mudah dibandingkan daerah lain. Setiap hari kami update harga bahan pangan pokok melalui aplikasi Jogja Smart Service (JSS) agar bisa melihat harga secara real-time,” tegas Veronica.