Bahkan bisa berkembang melalui genangan yang ada di luar rumah maupun di dalam rumah, seperti tempat penampungan air ataupun kolam. Sebab itu, gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) dinilai sangat penting.
Demam Mendadak dengan Suhu Tinggi
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan gejala utama DBD adalah demam secara mendadak dengan suhu tinggi. Suhu ini kemudian akan turun, namun tidak lama kemudian naik lagi.
“Pada hari ketiga hingga kelima saat demam sedang turun, kita harus waspada terhadap fase kritis DBD,” kata Novita.
Novita menambahkan tenaga kesehatan di RSUD Sleman telah disiapkan untuk menangani kasus DBD, ada pelibatan bukan hanya dokter anak namun juga dokter penyakit dalam. Kata dia, kunci dari penanganan DBD adalah cairan.
Petugas kesehatan akan mendorong agar pasien memperbanyak minum. “Kalau dari kami sendiri ya kami beri infus dengan baik. Patokannya ada pada trombosit dan hematokrit,” katanya.
Dia mengimbau agar masyarakat yang merasa bergejala DBD segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. BPJS Kesehatan telah mengkover pengobatan pasien DBD.
BACA JUGA : Pasar Terban Direvitalisasi, Pemkot Yogyakarta dan BPPW PUPR DIY Targetkan Akan Selesai di Juli 2025
BACA JUGA : Pasar Terban Direvitalisasi, Pemkot Yogyakarta dan BPPW PUPR DIY Targetkan Akan Selesai di Juli 2025
Pengaruh Perubahan Iklim
Khamidah, selaku Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman menjelaskan perubahan iklim menjadi sebab terjadinya El-Nino.
Yaitu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur lebih panas dari suhu normal.
Terpaan El-Nino di Pulau Jawa meningkatkan suhu hingga lebih dari 30°celcius pada 2024. Suhu ini meningkatkan perkembangbiakan nyamuk dan kemampuan nyamuk dalam menularkan penyakit.
Di samping itu, perubahan iklim yang eksrem ini menyebabkan adanya peningkatan perkembangbiakan nyamuk.
Peningkatan perkembangbiakan nyamuk ini juga menyebabkan adanya peningkatan penularan penyakit.
Kasus DBD Paling Banyak
Kata Khamidah, kasus DBD terjadi paling banyak terjadi pada Mei, Juni, dan Juli.
Apabila melihat dari sisi kewilayahan, Kapanewon Prambanan dan Depok menjadi lokasi paling banyak terdapat kasus DBD; dan Cangkringan menjadi lokasi paling sedikit kasus DBD.
Menurut dia, dua kapanewon tersebut berada di jalur di mana mobilitas masyarakat tinggi. Selain itu, kasus yang terjadi merupakan kasus impor atau DBD yang berasal dari luar daerah.