BACA JUGA : Pasca Relokasi Pedagang TM 2, Pemda DIY Percepat Pembangunan Jogja Planning Gallery
BACA JUGA : Update Kasus PMK di Sleman: 22 Ternak Mati dan 40 Dinyatakan Sembuh, Upaya Vaksinasi Gencar Dilakukan
Banyak Sungai Tertutup Lahar
Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa, GKR Mangkubumi mengatakan, pasca erupsi Gunung Merapi 2010, banyak sungai-sungai yang tertutup lahar.
Alam di kawasan Gunung Merapi tiap tahun juga semakin rusak. Kurangnya sumber mata air terjadi tidak hanya karena lahar gunung, namun juga banyaknya aktivitas manusia yang merusak salah satunya pertambangan pasir.
Menurut GKR Mangkubumi, jika alam rusak, maka akan mempengaruhi elemen-elemen yang lain, misalnya saja gumuk pasir hingga air di sekitarnya. Belum lagi ditambah dengan aktivitas eksploitasi yang dilakukan oleh manusia.
"Kami ingin lebih banyak lagi pohon-pohon yang ditanam. Karena sejujurnya, sejak erupsi Merapi tahun 2010 yang agak besar itu banyak sekali sungai-sungai, dan aliran sungai yang tertutup. Nah, dengan penanaman yang semakin banyak ini, yang kemudian akan menimbulkan kembalinya sampai mengalir ke selatan. Mudah-mudahan dari teman-teman dari lintas agama bisa mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi,” jelas GKR Mangkubumi.
BACA JUGA : Pembangunan Tol Jogja-Solo Seksi Klaten hingga Sleman Ditarget Bisa Operasi Penuh Pada Akhir 2025
BACA JUGA : Berdayakan Penyandang Disabilitas, Pemkot Jogja dan Baznas Hadirkan Z Coffee dan Z Chicken
Rawat Keseimbangan Alam Semesta
Menurut GKR Mangkubumi, sangat penting untuk merawat keseimbangan pada alam semesta. Masyarakat dihimbau untuk jangan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan sesaat.
Maka, meskipun giat tanam pohon yang dilakukan saat ini belum berdampak, namun bukan berarti tidak akan berguna. Target dan tujuannya adalah untuk target 1000 tahun ke depan.
Kepala Bebadan Pangreksa Loka, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo yang menginisiasi acara ini mengungkapkan, permasalahan lingkungan harus senantiasa bisa diantisipasi sebelum terjadi. Pencegahan ini, juga bisa diterapkan untuk menangani kemungkinan krisis air.
Kegiatan ini melibatkan pemuda agama lintas agama, dan bergerak di bawah Bebadan Pangersaloka, di bawah naungan GKR Mangkubumi.
Tugasnya adalah menanggulangi permasalahan lingkungan, di tengah tantangan dan perkembangan zaman.
“Permasalahan yang paling krusial adalah bagaimana mengembalikan gunung sebagaimana fungsinya. Sesuai arahan Ngarso Dalem, gunung bali gunung, atau gunung kembali menjadi gunung. Artinya, melestarikan lingkungan supaya kembali seperti peruntukannya. Air dan lingkungan ini adalah sumber kehidupan bersama. Permasalahan lingkungan ini biasanya tidak terlihat, sampai sudah terjadi. Ketika sudah muncul dan sudah terjadi, itu artinya sudah terlambat," ungkap Marrel.
Pemilihan Lokasi Nawang Jagad
Lokasi Nawang Jagad menurut Marrel dipilih karena merupakan destinasi wisata di lereng Gunung Merapi.
Pada pandemi Covid-19 lalu, lokasi ini mendapatkan alokasi Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Gubernur DIY tahun 2020-2021.