Selain itu, tanaman langka seperti duwet putih juga akan dilestarikan. Fasilitas umum seperti toilet, pendopo, gazebo, dan sarana bermain anak akan melengkapi fungsi sosial RTH.
"Konsepnya kita pasti bagaimana RTH itu tutupan vegetasinya bisa maksimal. Setiap RTH itu arahnya keanekaragaman hayati. Jadi kita tiap tahun berusaha untuk menambah tanaman yang sudah langka dan tanaman umum seperti Tabebuya, Ketapang kencana, dan Sawo kecik," terangnya.
Konsep Ruang Terbuka Hijau Publik
"Konsepnya kita pasti bagaimana RTH itu tutupan vegetasinya bisa maksimal. Setiap RTH itu arahnya keanekaragaman hayati. Jadi kita tiap tahun berusaha untuk menambah tamanan yang sudah langka dan tanaman umum seperti Tabebuya, Ketapang kencana dan Sawo kecik," terang Rina.
Menurutnya jenis pohon keras yang bisa tumbuh besar harus ada di tiap RTH publik karena ada target tutupan vegetasi hijau.
Di samping itu, pohon-pohon besar sangat bermanfaat daripada tanaman kecil. Mulai dari sisi suplai oksigen lebih banyak dan perawatannya tidak repot dan menyerap polutan lebih tinggi.
Dicontohkan RTH publik yang ideal seperti di Gajahwong Edupark dengan banyaknya pohon.
BACA JUGA : Wali Kota Yogyakarta Terpilih, Hasto Janji Fokus Atasi Masalah Sampah
BACA JUGA : KPU Sleman Tetapkan Harda-Danang sebagai Bupati-Wabup Sleman dengan Suara Sah 62,14 Persen
"Dengan adanya RTH publik suplai oksigen ada dan lingkungan sekitar terjadi iklim mikro yang hawanya lebih segar. Tapi memang tidak instan, minimal dua tahun mulai ada efeknya di tengah padatnya permukiman. Jadi paling utama fungsi ekologi dri pepohonan, tapi Fungsi sosial masyarakat juga bisa dengan adanya pendopo, gazebo dan taman karena di kota kesulitan untuk tempat berkegiatan masyarakat, " jelasnya.
Saat ini ada sekitar 64 RTH publik berbasis kampung di Kota Yogyakarta. Pemkot Yogyakarta pada tahun 2024 sudah membangun sekitar 5 RTH publik baru.