Saat ini, Sleman menjadi Kabupaten yang cukup rentan terhadap beragam potensi bencana. Mulai dari angin kencang, erupsi Gunung Merapi hingga potensi bencana tanah longsor di Prambanan akibat curah hujan yang tinggi.
BACA JUGA : Cuaca Ekstrem Buat Banjir Sampah di Pantai Selatan Bantul, Pemkab Belum Tambah Petugas Kebersihan
BACA JUGA : Yogyakarta Siaga Darurat Cuaca Ekstrem, Puncak Musim Hujan Diprediksi Mulai Bulan Desember
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman, Henry Dharma Wijaya, pihaknya telah memitigasi potensi bencana, di antaranya potensi bencana longsor di pemukiman dataran tinggi wilayah Prambanan.
“Di daerah yang rawan longsor di Prambanan, sudah ada mitigasi perkuatan tebing dan pemeliharaan EWS (Early Warning System) tanah longsor,” katanya.
Ada tiga alat pendeteksi dini pergerakan tanah yang dipasang di wilayah Prambanan. Fungsi alat tersebut mendeteksi dan memprediksi pergeseran lereng, sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Peringatan dini ini diharapkan dapat membuat masyarakat segera melakukan evakuasi mandiri dan mengambil tindakan penyelamatan diri.
BACA JUGA : Pemkab, Pemkal dan Pelaku Wisata di Bantul Pastikan Siap Hadapi Cuaca Ekstrem
BACA JUGA : Waspada Cuaca Ekstrem, Pemkab Bantul Keluarkan Surat Imbauan Terkait Persiapan dan Antisipasi Dampak Bencana
Menurut Henry, tiga alat tersebut rutin dilakukan pengecekan untuk memastikan berfungsi dengan baik. Di samping itu, di wilayah berpotensi rawan bencana, BPBD Kabupaten Sleman juga rutin memberikan imbauan maupun edukasi langkah-langkah penyelamatan manakala terjadi bencana.
“Jadi BPBD sudah rutin mengadakan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kerawanan bencana di daerah yang rawan bencana,” ujar dia.
Sebagaimana diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 16-23 Desember 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan terdapat beberapa fenomena yang terjadi bersamaan dan menyebabkan eskalasi cuaca ekstrem. Mulai dari masuknya Monsun Asia yang membawa uap-uap air dan menurunkan hujan yang nyaris terjadi di puncak musim hujan.
BACA JUGA : Warga Yogyakarta Wajib Waspada Cuaca Ekstrem
BACA JUGA : Puncak Musim Hujan Sleman Terjadi Awal 2025, BPBD Siapkan Antisipasi Penting
Eskalasi cuaca ekstrem ini diperparah dengan pengaruh dari Samudera Pasifik yang semakin mendingin karena wilayah perairan yang semakin menghangat sehingga terjadi peningkatan curah hujan yang diprediksi naik hingga 20 persen atau biasanya disebut fenomena La Nina lemah.