JOGJA, diswayjogja.id - Menjelang Natal dan Tahun Baru, Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta mencatat inflasi di Kota Yogyakarta cenderung terkendali.
Inflasi secara bulanan atau month to month (m-to-m) pada November 2024 sebesar 0,21 persen.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi bulan November di Kota Yogyakarta.
Meski demikian Pemerintah Kota Yogyakarta memastikan stok pangan tersedia aman untuk menghadapi libur akhir tahun.
BACA JUGA : Aksi Kericuhan di Kusumanegara, Sri Sultan HB X Minta Jangan Keluar dari Kesepakatan Nasional
BACA JUGA : Pilkada Gunungkidul 2024 Dimenangkan Endah-Joko, Tingkat Partisipasi Pemilih Hanya Sebesar 74 Persen
Peningkatan Inflasi yang Signifikan
Kepala BPS Kota Yogyakarta Mainil Asni mengatakan pada bulan November 2024, inflasi secara year on year(y-on-y) 1,55 persen dan inflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,25 persen.
Dalam dua bulan terakhir ini sudah menunjukan peningkatan inflasi. Terakhir mengalami deflasi pada September 2024 yaitu 0,1 persen dan pada Oktober dan November terjadi peningkatan inflasi. Inflasi Oktober 0,07 persen dan November 0,21 persen.
“Pada inflasi bulan November 2024 secara month-to-month andil inflasi terbesar adalah kelompok makanan minuman dan tembakau. Komoditas penyumbang utama inflasi yaitu bawang merah, tomat dan bawang putih,” kata Mainil saat rilis berita resmi statistik di Kantor BPS Kota Yogyakarta, Senin (12/2/2024).
BACA JUGA : Pembangunan ITF Bawuran Tidak Kunjung Selesai, Pemkab Bantul Minta Aneka Dharma Tarik Dana Pembangunan
BACA JUGA : Komitmen Majukan Perfilman Indonesia, Netflix Luncurkan Program REEL LIFE Film Camp dengan Menggandeng JAFF
Penyumbang Inflasi 2024
Inflasi November 2024 secara m-to-m juga disumbang dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang menyumbang inflasi 0,06 persen.
Komoditas penyumbang utama inflasi dari kelompok ini adalah emas perhiasan.
Sedangkan penyumbang utama inflasi bulan November secara y-on-y adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,59 persen.
Komoditas penyumbang utama inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan. Selain itu kelompok makanan, minuman dan tembakau juga memiliki andil inflasi 0,33 persen.