Untuk orang terlantar, mereka di bawa ke rumah singgah untuk kemudian dicarikan sanak keluarganya. Beberapa sudah kembali bertemu dengan keluarga.
Upaya penjemputan sampai pendampingan Mobil Patah Hati berusaha untuk semakin menyadarkan pentingnya kesehatan jiwa. Di samping mengobati yang sudah terlanjur sakit, mereka juga mengedukasi masyarakat.
“[Harapan kami] jangan sampai ambulance patah hati sering-sering digunakan. Kalau sering digunakan berarti banyak masalah,” katanya.
Keluarga dan Masyarakat
Ekosistem yang menjaga kesehatan jiwa terdiri dari banyak unsur. Ada individu, keluarga, serta lingkungan masyarakat.
Pendampingan pada ODGJ, orang terlantar, sampai korban perundungan tidak bisa lepas meski sudah sembuh, namun perlu keberlanjutan.
Dalam kondisi yang baik, ODGJ bisa sembuh dan kembali ke masyarakat. Tidak jarang mereka kembali bekerja atau melanjutkan kehidupan seperti sedia kala.
Meski tantangan tidak berhenti, orang yang pernah mengalami gangguan jiwa, rentan untuk kembali kumat.
Lingkungan keluarga dan masyarakat punya andil besar untuk turut menjaga. Budaya sapa perlu semakin dikuatkan.
Kepedulian satu sama lain juga perlu dilestarikan. Jangan ragu untuk menanyakan kabar dan memberikan bantuan.
BACA JUGA : Perubahan Jam Operasional Trans Jogja di Hari Pilkada 2024, Cek Lengkapnya Disini
BACA JUGA : Tingkatkan Ekosistem Sastra, Pemkot Jogja dan Dinas Kebudayaan Gelar FSY 2024
Saat bercanda dengan teman atau orang lain juga perlu hati-hati. “Bercandaan yang terkesan biasa, bisa menyakiti hati orang yang pernah ODGJ. Sehingga dukungan dan perhatian lingkungan punya kontribusi yang besar,” katanya.
Pernah ada kasus, seorang pria sedang berkumpul dengan bapak-bapak di lingkungan desanya. Pria tersebut sudah menikah namun belum memiliki anak. Ada salah satu orang yang mengatakan, ‘Kalau enggak bisa [menghamili istrimu, bisa] aku bantu’.
Bagi orang yang tidak mengalami kondisi tersebut mungkin akan menanggapi dengan biasa saja. Namun berbeda dengan orang yang memang mengalami masalah tertentu.
“Dia merasa bukan dia yang dilecehkan, tapi istrinya. Orang yang bilang itu dilempar pakai gelas. Pria yang tersinggung [ada indikasi gangguan jiwa dan] kami rujuk ke Rumah Sakit Jiwa Grhasia Sleman. Sekarang udah kembali ke keluarga, kami edukasi dengan lingkungan, bercanda seperti itu jangan diulangi lagi,” kata Andani.