diswayjogja.com - Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menggelar kegiatan Summer Course 2024 yang salah satu lokus penyelenggaranya ada di Kabupaten Kulon Progo.
Summer Course dengan tajuk Empowering Communities for Climate Health Resilience yang melibatkan keilmuan lain yakni Fakultas Kehutanan, Farmasi, Kedokteran Gigi dan Geografi tersebut digelar selama dua pekan di Kulon Progo.
Salah satu lokus yang diteliti dan didampingi dalam Summer Course di Kulon Progo ini yaitu antara lain Kelompok Difabel Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo di mana yang memberdayakan pertanian kacang koro oleh disabilitas.
Selain itu juga Yansip Sentosa di Sukoreno, Sentolo yang mengintegrasikan layanan kesehatan primer untuk masyarakat dengan semua kelompok usia.
BACA JUGA : De Flava Resmi Dibuka, Resto & Bar dengan Nuansa Vintage Mexico Hadir di Pantai Slili Gunungkidul
BACA JUGA : Bahas Rancangan APBD Yogyakarta untuk Tahun 2025, Ini Kata Sri Sultan Hamengkubuwono X
Kunjungan terhadap dua tempat tersebut dilakukan oleh peserta program tersebut pada hari Selasa (5/11/2024), termasuk juga ada mahasiswa internasional asal Belanda yang mengikutinya.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM, Ahmad Hamim Sadewa menyampaikan tujuan Summer Course ini adalah untuk memberdayakan komunitas dalam menjaga ketahanan kesehatan di tengah ancaman perubahan iklim atau cuaca yang semakin nyata. Peran komunitas menjadi kunci ketahanan kesehatan iklim.
Fokus dalam kegiatan ini pada tiga pendekatan, jelas Hamim, yang pertama peningkatan kesadaran dan edukasi sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat tentang perubahan iklim, dampaknya, dan praktik yang berkelanjutan.
“Kedua, strategi adaptasi berbasis komunitas dapat dilakukan melalui keterlibatan aktif masyarakat dalam merancang dan menerapkan langkah-langkah adaptasi, diharapkan akan tercipta rasa kepemilikan dan pemberdayaan. Ketiga, teknologi dan inovasi sebagai solusi inovatif dalam praktik insfrastruktur tangguh iklim dan praktik energi,” ujar dia.
Hamim juga menerangkan keterlibatan mahasiswa asing dari berbagai negara dilakukan karena ketertarikan mereka.
BACA JUGA : Dityo Puspito Yuwono, Sosok Inspiratif yang Kenalkan Kombucha ke Masyarakat Jogja
BACA JUGA : DLH Bantul Bakal Waspadai Potensi Pembuangan Sampah Liar dari Kota Jogja
Keterlibatan mahasiwa asing tersebut juga sekaligus permasalahan krisis iklim yang memberi dampak pada kesehatan berlangsung secara global.
“Keterlibatan mahasiswa memahami dan mengenali masalah kesehatan secara global di masyarakat secara langsung menjadi proses pembelajaran yang holistik. Solusi atas masalah kesehatan komunitas menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk belajar merancang program kesehatan secara kolaboratif dan multikultural,” ucap Hamim.