Kampung Prawirotaman di Jogja: Sejarah Panjang dari Tahun 1756 hingga Menjadi Sentra Penginapan Turis

Selasa 29-10-2024,08:07 WIB
Reporter : Penta Daniel Pratama
Editor : Syamsul Falaq

Karena jasanya membantu peperangan, oleh Sri Sultan kala itu para pasukan Prawirotomo dihadiahi sepetak tanah di sisi selatan Keraton Yogyakarta.

BACA JUGA : Deretan Universitas Tertua di Jogja yang Bersejarah, Ada UGM Hingga UPNVY

BACA JUGA : Explore Jogja Lewat Lomba Fotografi Bertema Sumbu Filosofi Jogja Untuk Dunia

Di sepetak tanah itulah kemudian keturunan pasukan Prawirotomo beranak pinak dan membentuk sejumlah trah atau garis keturunan.

Trah yang dikenal di Prawirotaman ini semuanya menggunakan Prawiro yakni Werdoyoprawiro, Suroprawiro, Mangunprawiro, Mertoprawiro, Pideksoprawiro, Gondoprawiro.

Laskar Hantu Maut

Sebagai yang mewarisi darah pejuang para pasukan Prawirotomo, di masa agresi militer Belanda tahun 1948, warga di Kampung Prawirotaman juga turut melakukan perlawanan dengan membentuk laskar Hantu Maut.

Tokoh sentral dari laskar Hantu Maut ini adalah Tulus Mulyohartono yang juga merupakan ketua RT pertama di Kampung Prawirotaman.

Kampung Sentra Batik

Di tahun 1960-1970, Kampung Prawirotaman menjelma menjadi kampung sentra batik. Banyak diantara trah keturunan prajuritn Prawirotomo yang jadi juragan batik.

BACA JUGA : BPR Bank Jogja Siap Untuk Meningkatkan Layanan Digital

BACA JUGA : 5 Sekolah Kedinasan Terbaik di Jogja, Nomor 2 Idaman Mertua Banget

Namun, masa keemasan sebagai sentra batik itu perlahan meredup.

Meredupnya bisnis batik di Kampung Prawirotaman itu diantaranya subsidi kain mori yang jadi bahan dasar pembuat batik dicabut pemerintah.

Pergeseran pemakaian batik juga turut menjadi faktor turunnya penjualan batik.

Kemudian serbuan kain asal China yang lebih murah, ikut menghantam bisnis batik di Kampung Prawirotaman.

Kategori :