Dilansir dari laman situs Indonesia.go.id menulis bahwa ritual sekaten sudah ada pertama kali ketika masa Kerajaan Demak.
Seperti yang diketahui dalam sejarah, kekuasaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Selain Keraton/Kesultanan Yogyakarta, saat ini terdapat juga 3 keraton di Pulau Jawa lainnya yang masih menyelenggarakan upacara sekaten.
BACA JUGA : Berbagai Tenant dan Agenda di Pasar Sehat Sagan, Salah Satu Pasar Jogja Sedang Naik Daun
BACA JUGA : 3 Festival di Jogja Untuk Mengisi Akhir Pekan Anda Bulan Oktober, Cek Info Lengkapnya Disini
Di antaranya ada Kasunanan Surakarta, Kanoman Cirebon, dan Kasultanan Kasepuhan. Semuanya sama-sama menggunakan alat musik berupa gamelan dalam pelaksanaan upacara sekaten.
Sejak tanggal 5 Maulud atau Rabiul Awal, gamelan tersebut akan dikeluarkan dari keraton menuju masjid. Selama 6 hari, gamelan tersebut akan ditabuh dan pemberhentian suara hanya dilakukan ketika sebelum waktu shalat atau malam jumat.
Sementara itu, akhir upacara akan berlangsung pada hari ketujuh dan ditandai dengan kembalinya gamelan ke wilayah keraton. Pada hari terakhir ini, akan ada juga puncak acara berupa Grebeg Maulud.
Keunikan Tradisi Sekaten
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, ada beberapa poin penting yang dapat dijadikan keunikan tradisi sekaten sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA : Jadwal dan Rute yang Dilewati Trans Jogja dari Bantul ke Malioboro, Cek Lengkapnya Disini
BACA JUGA : Laga Kandang Terakhir Putaran Pertama, Jadwal PSIM Jogja vs Persekat Tegal Mundur Sehari
Pertama-tama, tradisi upacara sekaten merupakan salah satu bentuk untuk bukti sejarah pernah menyebarnya ajaran Islam di daerah Jawa Tengah.
Seperti yang sudah kita tahu, tradisi sekaten diperingati setiap tahun mulai 5 Maulud oleh 4 keraton yang ada di Jawa Tengah.
Kemunculan hari peringatan ini tentunya disertai dengan latar belakang tertentu. Lantaran sebab musababnya berawal dari kesenian yang digunakan untuk media dakwah.
Oleh karena itu, peringatannya hingga saat ini dapat dijadikan sebagai bukti tentang adanya perjalanan sejarah penyebaran agama Islam.
BACA JUGA : Gurih dengan Sensasi Kenyal dan Empuk, 5 Rekomendasi Tempat yang Sajikan Sate Kronyos di Jogja