Pemkab Sleman Menilai Data Stunting Miliknya Lebih Valid

Rabu 23-10-2024,09:07 WIB
Reporter : Zulfa Atiqoh
Editor : Syamsul Falaq

diswayjogja.com - Kepala Dinas Kesehatan Sleman, yakni Cahya Purnama tidak menampik adanya sebuah perbendaan data dengan Pemerintah Pusat mengenai jumlah stunting. Meskipun demikian, ia menilai bahwa data yang dimilikinya lebih valid sebab datanya lebih pasti mengacu kepada by name by address.

“Tak hanya ada di Sleman, tetapi juga di seluruh daerah lainnya yang ada di Indonesia terjadi hal yang serupa. Ini terjadi disebabkan karena adanya perbedaan metode penghitungannya,” kata Cahya, pada hari Senin (21/10/2024).

Ia menjelaskan bahwa perbedaan angka stunting terjadi disebabkan karena pemerintah kabupaten memakai Aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang dilaksankan dengan rutin. Adapun Pemerintah Pusat pada perhitungannya dengan melalui program Survei Kesehatan Indonesia (SKI), dengan cara melakukan survei status gizi Indonesia (SSGI).

Perbedaan metode di dalam penghitungan ini juga berpengaruh pada hasil. Sebab, hasil perhitungan yang dilakukan oleh dinas kesehatan, angka stunting di Sleman hingga 4,41%, sedangkan pada perhitungan dari Pemerintah Pusat masih di sekitar 12,4%.

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Targetkan Kebun Plasma Nutfah Pisang Jadi Agro Edu Wisata

BACA JUGA : Gebyar PAUD Kota Yogyakarta Ajarkan Anak Peduli Lingkungan Melalui Flashmob Pilah Sampah

“Bila dilihat dari metodenya, data yang kami punya lebih valid dan real,” katanya.

Menurut ia, klaim data miliknya lebih valid sebab metode yang dipakai yaitu dengan menyasar kepada semua sasaran yang diketahui nama dan juga Alamat lengkapnya. Adapun survei yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat hanya mengambil sampel guna dilakukan survei.

“Survei itu tetap menjadi sebuah masukan guna pencegahan dan penanganan stunting supaya bisa untuk lebih dioptimalkan,” katanya.

Ditambahkannya, kasus stunting yang ada di Bumi Sembada terus menurun pada tiap tahunnya. Sebagai contoh pada tahun 2023, kasusnya hingga 4,51% dan di tahun ini turun jadi 4,41%.

Menurut dia, pola asuh ini mempunyai peran yang besar mengenai tumbuh kembang pada anak. Lanjut Cahya, selama ini, banyak yang salah sehingga jadi penyebab yang paling tinggi masalah stunting yang ada di Kabupaten Sleman.

Ia mencontohkan, bahwa anak lebih banyak diberi camilan yang dilihat dari sisi kandungan gizinya sangat kurang. Sementara untuk makanan utama mereka tidak terlalu diperhatikan.

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Menghimbau Agar Masyarakat Tidak Tergiur Janji Bisa Loloskan Tes CPNS

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Jadi Contoh Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Benar Di Ruang Publik

“Pada sisi lainnya, hal ini juga disebabkan karena minuman yang dikonsumsi punya kandungan pemanis, dan tidak teraturnya jadwal makan. Serta, sanitasi lingkungan juga penting sebab paparan e-Coli bisa membuat pertumbuhan anak jadi terganggu,” katanya.

Pejabat Bupati Sleman, yakni Kusno Wibowo menyambut dengan baik angka stunting di Sleman yang di tiap tahunnya terus menurun. Keberhasilan tersebut menjadi bukti dari komitmen pemkab pada upaya pencegahan dan juga penanggulangan yang terus dilakukan setiap tahunnya.

“Angkanya terus menurun dan jumlahnya telah dibawah rerata nasional. Tetapi, tak boleh berpuas diri terlebih dahulu, sebab upaya pencegahan harus terus dilaksanakan,” katanya.

Menurut ia, pencegahan stunting harus terus dioptimalkan. Sebab, tugas ini tak hanya jadi ranah dari Dinas Kesehatan atau Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman, tapi juga seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus terlibat juga sesuai ketugasannya.

BACA JUGA : 2.253 Pekerja Rentan Di Kota Yogyakarta Akan Dapat Jaminan Sosial

BACA JUGA : KPU Bantul Tetapkan 3 Paslon Menuju Pilkada Bantul 2024, Ini Visi Misi Tiap Paslon

“Sinergi bersama harus terus ditingkatkan supaya hasilnya dapat lebih dimaksimalkan. Karena, penanganan stunting jadi tanggung jawab bersama,” katanya.

Kategori :