SLAWI, diswayjogja.id - Taman Rakyat Slawi Ayu atau Trasa Kabupaten Tegal dipadati ratusan orang. Mereka rela berdesak-desakan hanya untuk menyaksikan Pergelaran Kolosal Pandhita Wanara Agung, Minggu, 13 Oktober 2024 malam.
…
RAJA Gigantowanara sosok pemimpin di Kerajaan Semedo Kiskendha yang sangat bijaksana, namun pengkhianatan Patihnya membawa malapetaka.
Raden Goriwanara adalah putra mahkota yang merasa tak siap, harus menghadapi tantangan besar setelah kehilangan sang ayahnya. Namun berkat bimbingan Resi Atasangin, ia menemukan kekuatan untuk bangkit dan berjuang melawan tirani melindungi rakyatnya untuk kembali hidup sejahtera.
BACA JUGA:Fosil Kera Raksasa Dipamerkan 7 Hari di Trasa Tegal, Pengunjung Akan Dibawa ke Lorong Waktu
Itulah sinopsis kisah epik dalam pergelaran kolosal dengan judul Pandhita Wanara Agung. Pergelaran kolosal yang disutradarai dalang kondang asal Tegal Ki Sri Waluyo dan asisten sutradara Ki Haryo Susilo Enthus Susmono diperankan oleh 10 dalang, 13 pemusik, dan 24 penari.
Dalam pergelaran kolosal yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Gigantopithecus Expo 2024 berhasil membuat decak kagum penonton yang hadir di Trasa, Minggu, 13 Oktober 2024 malam. Dimana kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Museum dan Cagar Budaya melalui Unit Museum Semedo, Pemerintah Kabupaten Tegal, Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Tegal (DKDKT), Dewan Kesenian Kabupaten Tegal (DKKT), Sanggar Putra Satria Laras, Yayasan Rumah Seni Tegal dan ISI Surakarta.
Warisan Budaya
Dalam kesempatan itu, Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya atau Indonesian Heritage Agency (IHA) Brahmantara mengatakan, Pergelaran Kolosal Pandhita Wanara Agung ini merupakan selebrasi atas hadirnya Gigantopithecus sebagai warisan budaya kebanggaan dan menumbuhkembangkan ekosistem kebudayaan menuju dampak berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Tegal.
Brahmantara menjelaskan, aspek fenomenal dan ikonik dari primata purba raksasa Gigantopithecus yang diinterpretasikan secara artistik oleh tokoh-tokoh budaya Kabupaten Tegal, diekspresikan dan dipertontonkan secara kolosal dengan alur kisah serta tata pertunjukan yang tidak hanya estetis dan dramatis, melainkan juga menginspirasi, mencerdaskan, dan membangun memori kolektif.
BACA JUGA:Ketua DPRD Kota Tegal Kusnendro Terima Gelar Ningrat Kehormatan dari Keraton Surakarta
Diharapkan, kegiatan ini bisa menjadi inspirasi supaya muncul karya-karya baru dan cipta rasa baru. “Terutama untuk penguatan ekosistem kebudayaan yang ada di Kabupaten Tegal,” ucapnya.
Sarat Makna
Pj Bupati Tegal Agustyarsyah, melalui Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan Nur Hafid Junaedi mengatakan, Pergelaran Kolosal Pandhita Wanara Agung ini tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat makna.
Menurut dia, ini adalah wujud interpretasi artistik para budayawan terhadap fosil Gigantopithecus, warisan budaya yang menjadi kebanggaan Kabupaten Tegal.
Disebutkan, kehadiran fosil Gigantopithecus di Museum Semedo telah membuka lembaran baru dalam sejarah Kabupaten Tegal. ”Ini adalah bukti nyata bahwa tanah Tegal memiliki jejak peradaban panjang dan berharga,” kata Nur Hafid.
Melalui pertunjukkan ini, lanjut Hafid, para hadirin diajak untuk merefleksikan nilai-nilai kepemimpinan, kebijaksanaan dan cinta tanah air dalam kisah Kerajaan Semedo Kiskendha. ”Ini bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan yang dikemas dalam balutan seni yang memukau,” ujarnya.