MARGASARI , DISWAYJOGJA - Untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, para petani di Desa Jembayat, Kecamatan Margasari dilatih alternatif teknologi. Yaitu dengan memanfaatkan mikroba selektif yang sudah teruji.
BACA JUGA:Kekeringan, 450 Hektare Bawang Merah di Brebes Gagal Panen, Petani Rugi Rp27 Miliar Pelatihan tersebut merupakan kerjasama antara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (KP Tan) Kabupaten Tegal dengan IPB University dalam program Dosen Mengabdi Inovasi 2023. Pelatihan yang diberikan antara lain, teknik produksi dan perakitan instalasi unit produksi serta produksi skala kecil. BACA JUGA:Bakal Rilis! 4 Laptop Terbaru 2024 dari Brand Ternama, Siap Menggebrak Pasar Teknologi Dunia Dosen Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Sugeng Santoso, mengatakan kegiatan ini merupakan bukti komitmen IPB untuk para petani di Desa Jembayat . Dia berharap , kegiatan ini dapat dikembangkan oleh pemerintah desa dengan membuat instalasi produksi di setiap kelompok tani. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh petani di Desa Jembayat. ” Semoga Dinas KP Tan dan BappedaLitbang juga mendukungnya. Supaya kegiatan ini dapat dikembangkan di seluruh desa di Kabupaten Tegal," kata Sugeng, Kamis (28/12 /2023 ). BACA JUGA:5 Laptop Terbaik Untuk Desain Grafis dan Conten Creator, Spek Gak Kaleng - Kaleng! Dirinya tak menampik, kegiatan ini merupakan keberlanjutan dari program yang telah dilaksanakan di desa tersebut sejak 2022. Kala itu, melalui riset aksi dan belajar bersama, teknologi pemanfaatan mikroba ini terkonfirmasi dapat meningkatkan produksi gabah kering panen hingga 22 persen dan mampu meningkatkan beras sebanyak 14 persen. "Mikroba yang diaplikasikan ini juga terbukti dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebanyak 25 persen," imbuhnya. BACA JUGA:Angka Dispensasi Nikah di Kabupaten Tegal 188 Ajuan, Pengadilan Agama Berhasil Memutus 174 Perkara Ketua Kelompok Petani (Poktan) Desa Jembayat, Jawawi mengatakan teknologi ini dapat menjawab permasalahan kelangkaan pupuk di Kabupaten Tegal. “Pemakaian mikroba ini dapat mengurangi biaya produksi. Seperti pembelian pupuk dan pestisida sintetik. Semoga ke depan lahan kami akan kembali sehat," ucapnya. Kordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Margasari, Sanusi berharap teknologi ini dapat direplikasi oleh desa lain dengan fasilitasi dari Dana Ketahanan Pangan yang tersedia di APBDes.Dia menilai teknologi produksi ini sangatlah mudah. Bahan yang digunakan juga mudah diperoleh. "Harapan kami, produk yang dihasilkan dapat menjadi solusi alternatif untuk penyehatan tanah yang telah rusak akibat penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan," tukasnya. (*)