DISWAY JOGJA – Tradisi Jogja merupakan salah satu kekayaan budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Tradisi-tradisi tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Jogja.
Yogyakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan budayanya yang kental. Kota ini merupakan pusat kebudayaan Jawa, dengan berbagai tradisi yang dilestarikan dari generasi ke generasi.
Melihat zaman yang serba modern dan semakin maju saat ini menyebabkan sebagian orang mengubah pola pikirnya. Namun saat ini ternyata beberapa tradisi Jogja masih kuat dan dapat dipertahankan di beberapa daerah.
Hal ini membuat salah satu kebanggan atau penyelematan tradisi yang ada didaerahnya. Sehingga jika Anda termasuk kaum milenial, maka harus mengetahui tradiri yang dimiliki didareahnya atau kebudayaanya.
BACA JUGA:Tradisi dan Amalan Rebo Wekasan Menurut Gus Baha, Ternyata Banyak yang Salah Paham
Nah, pada artikel ini akan memberikan tradisi yang masih dipertahankan atau dilaksanakan oleh masyakarat jogja. Beikut 5 Tradisi Jogja yang wajib Ana ketahui:
1. Tumplak wajik
Tradisi Jogja pertama yang bisa Anda ketahui adalah Tumplak wajik. Biasanya tradisi dilakukan 3 kali dalam setahun dari keraton Yogyakarta.
Tumplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses pengumpulan gunungan atau tanda pemberian raja kepada rakyat. Salah satunya Garebeg Mulud, Garebeg sawal, dan Garebeg memperingati hari raya Idhul Adha.
Biasanya di setiap Keraton menyiapkan gunungan yang disiapkan untuk dibagikan ke masyarakat pada Gerebeg tersebut. Tumplak wajik diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun oleh keraton Yogyakarta.
BACA JUGA:9 Keajaiban Budaya Yogyakarta: Memahami Kekayaan Warisan dan Tradisi
2. Saparan
Tradisi Jogja selanjutnya adalah Saparan yang bisa Anda saksikan pada saat diselenggarakan. Istilah Bekakak atau biasa disebut dengan Saparan termasuk tradisi jawa yang dilaksanakan untuk mengengenang karya seseorang.
Seseorang yang dimaksud adalah punggawa tercinta Sri Sultan Hamengkubuwono I yaitu Ki Wirosuto yang konon sedang mencari kapur di Gunung Gamping. Festival ini berlangsung pada bulan Safar dalam penanggalan Jawa.
Pada upacara ini, barang-barang sering dijadikan hadiah. Hadiah pada upacara ini berupa contoh calon pengantin yang terbuat dari tepung beras dan gula jawa sebagai bentuk kurban kepada penjaga Gunung Gamping.