Depo Sampah di Yogyakarta Mulai Kosong, Program Emberisasi Dinilai Berhasil Kurangi Bau dan Timbunan

 Depo Sampah di Yogyakarta Mulai Kosong, Program Emberisasi Dinilai Berhasil Kurangi Bau dan Timbunan

Pengendara sepeda motor melintas di kawasan Depo Kotabaru (Selatan RRI), Jalan Merbabu, Kota Yogyakarta, di mana terlihat sampah menumpuk hingga ke bibir jalan pada Jumat (26/9/2025) sore. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyebut kondisi sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta mulai membaik setelah sebelumnya sempat mengalami penumpukan. 

Program emberisasi atau pengumpulan sampah organik basah dari rumah tangga disebut berperan penting dalam menekan volume sampah yang masuk ke depo.

“Beberapa depo yang biasanya over alhamdulillah sudah kosong ya, seperti Pengok, Mandala Krida, RRI, dan THR. Kondisinya yang biasanya paling banyak disorot hari ini kosong,” ujar Hasto saat ditemui di Kelurahan Bumijo, Kemantren Jetis, Senin (13/10/2025).

Hasto menjelaskan, Pemkot Yogyakarta terus berupaya menyeimbangkan antara volume sampah yang masuk dengan yang keluar dari depo. Langkah ini diiringi dengan pemanfaatan kuota pembuangan sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dari Pemerintah Provinsi DIY.

BACA JUGA : Hasto Targetkan Kurangi 50 Ton Sisa Makanan per Hari, Tekan Timbunan Sampah di Depo

BACA JUGA : Darurat Sampah, DLH Yogyakarta Kosongkan Depo dan Tingkatkan Operasi UPS 24 Jam Mulai Hari Ini

“Kami berusaha menyeimbangkan antara yang masuk dengan yang keluar. Kami masih diberi kuota 3.000 (ton) dan mudah-mudahan bisa dimanfaatkan sampai Desember,” kata Hasto.

Menurutnya, salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap berkurangnya beban depo adalah gerakan emberisasi, yaitu pengumpulan sampah organik seperti sisa nasi dan sayur dari rumah tangga sebelum masuk ke depo.

“Sekarang makanan-makanan basah itu hampir 15 ton per hari yang tertahan. Dengan 600 ember besar per hari yang mengumpulkan sisa nasi dan sayur, yang biasanya lari ke depo. Itulah yang membuat depo sering bau,” jelasnya.

Dia menegaskan, bila program emberisasi berhasil, maka kondisi depo akan jauh lebih baik, tidak bau, tidak menimbulkan lindi (air sampah), dan kering.

BACA JUGA : Sri Sultan Minta Penanganan Serius Usai Penumpukan Sampah di Depo Katamso

BACA JUGA : Atasi Masalah Sampah, Mahasiswa UGM Ciptakan Wormy Box yang Bikin Cacing Jadi Pahlawan Lingkungan

“Kalau gerakan ember ini sukses, depo tidak bau, lindi tidak ada, dan kering,” tegasnya.

Hasto menargetkan hingga akhir tahun minimal ada 1.000 ember aktif yang digunakan masyarakat untuk menahan sampah organik agar tidak masuk ke depo.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: