Harga Genteng Stagnan, Pengrajin Sleman Terjepit Biaya Bahan Baku
Sukiman Hadiwijoyo, Ketua Asosiasi Pengrajin Genteng Sembada Manunggal, saat ditemui awak media --Foto: Dok - Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Pengrajin genteng di Kabupaten Sleman menghadapi tantangan berat akibat kondisi cuaca dan keterbatasan bahan baku.
Ketua Asosiasi Pengrajin Genteng Sembada Manunggal, Sukiman Hadiwijoyo, menyebutkan kesulitan ini berdampak langsung pada proses produksi.
“Di lokasi, ketika hujan, tanah otomatis licin dan jeblok. Armada mau masuk jadi sulit, sehingga setiap hari, apalagi saat hujan, pengambilan barang terganggu,” katanya, Selasa (2/12/2025).
Ia menambahkan, masalah ini tidak hanya terkait transportasi, tetapi juga pasokan bahan baku.
“Genteng itu kan bukan hanya bahan baku genteng saja, tapi juga kayu. Kayu itu selain kayu bakar, juga membutuhkan sinar matahari agar kering. Ketika kayu selalu basah, ketersediaannya terbatas,” ucapnya.
Kondisi itu memicu kenaikan harga kayu di pasaran, yang otomatis meningkatkan ongkos produksi genteng.
BACA JUGA : Libatkan 300 UMKM Lokal, Pusat Oleh-Oleh Batik Putra Boko Hadir di Prambanan
Meski begitu, ia menegaskan, harga jual genteng tidak bisa dinaikkan.
“Akibatnya, pengrajin harus menanggung beban biaya tambahan tanpa bisa menyesuaikan harga jual,” tuturnya.
Banyak pengrajin dengan modal terbatas terpaksa menurunkan harga jual genteng demi bertahan hidup.
“Akhirnya, penjual yang membuat genteng dengan modal terbatas menjual seadanya. Misalnya, genteng yang normalnya Rp1,4 juta dijual Rp1,1 juta atau Rp1 juta per seribu genteng, karena kebutuhan primer mereka adalah bertahan hidup,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi ini membuat kualitas dan kuantitas genteng yang dihasilkan kurang optimal.
“Produksi dan penjualan menurun. Penyambung pembeli juga berkurang. Namun beberapa pengrajin tetap berproduksi karena memang hidup mereka bergantung pada genteng,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: