Klitih di Sleman Meningkat, Dispora Sebut Dampak Bonus Demografi yang Belum Dikelola Optimal
Kepala Dispora Sleman, Heru Saptono--Foto: HO - Dispora Sleman
SLEMAN, diswayjogja.id - Pemerintah Kabupaten Sleman menyoroti meningkatnya kasus kekerasan remaja atau klitih sebagai salah satu dampak dari belum optimalnya pengelolaan bonus demografi.
Fenomena ini menjadi perhatian serius, terutama karena Sleman merupakan salah satu daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih dahulu mengalami puncak usia produktif penduduk.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sleman, Heru Saptono, mengatakan bahwa pelayanan kesehatan mental bagi pemuda perlu segera diperkuat.
Meskipun setiap puskesmas di Sleman telah memiliki tenaga psikolog, layanan khusus yang berfokus pada kesehatan mental remaja dan pemuda masih terbatas.
“Di Sleman sendiri, saya yakin sudah ada psikolog di setiap puskesmas, namun pelayanan khusus bagi kesehatan mental pemuda belum tersedia. Ini penting, mengingat fenomena klitih di Sleman semakin marak," katanya, Selasa (28/10/2025).
Menurutnya, peningkatan perilaku menyimpang di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari dinamika bonus demografi.
BACA JUGA : Wabup Danang Ajak Pemuda Sleman Berkarya dan Beraksi Nyata di Hari Sumpah Pemuda ke-97
BACA JUGA : Hasto Wardoyo Ajak Pemuda Yogyakarta Jadi Motor Inovasi dan Pembangunan Daerah
Kondisi ini seharusnya menjadi momentum positif bagi Indonesia menuju 2045, ketika jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai sekitar 70 persen.
Namun, tanpa penyediaan lapangan kerja dan wadah produktif yang memadai, potensi tersebut bisa berubah menjadi masalah sosial.
"Bonus demografi itu punya dua sisi. Kalau tersedia lapangan usaha yang cukup, maka akan terjadi kemakmuran. Tapi kalau tidak, dampaknya bisa berupa meningkatnya kriminalitas," ucapnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Sensus Pertanian 2020, Kabupaten Sleman justru lebih cepat mengalami fase bonus demografi dibandingkan banyak daerah lain di Indonesia.
Kondisi ini, menurutnya, harus diantisipasi dengan kebijakan yang berpihak pada penguatan ekonomi kreatif, lapangan kerja baru, serta pendampingan psikososial bagi generasi muda.
"Fenomena klitih adalah alarm sosial. Ini menandakan ada potensi besar yang belum diarahkan ke hal produktif, dan itu tugas kita bersama untuk mengubahnya menjadi kekuatan," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: