Jejak Islam di Aceh Jadi Simbol Ketahanan Iman di Perbatasan Samudra

Jejak Islam di Aceh Jadi Simbol Ketahanan Iman di Perbatasan Samudra

Beduk dan Mimbar Simeulue di Aceh--

BACA JUGA : 6 Ragam Kuliner Enak Memanjakan Lidah dari Aceh, Wajib Dicoba Kala Berlibur

Saat ini, fungsi beduk sebagai penanda waktu shalat telah digantikan oleh sistem pengeras suara modern yang lebih efisien dan menjangkau wilayah yang lebih luas. Namun, meskipun tidak lagi ditabuh untuk mengumumkan waktu ibadah, beduk tersebut tetap dijaga di lingkungan Masjid Nurus Sa'dah. Sementara itu, mimbar kuno masih memiliki peran yang aktif. Mimbar ini terus dipergunakan oleh para khatib untuk menyampaikan ceramah dan khutbah, memastikan bahwa jejak tradisi lisan dan spiritual dari masa lampau tetap menyertai praktik ibadah kontemporer. Penjabat Kepala Desa Lataling, Husnawati, menegaskan bahwa perawatan rutin terhadap kedua benda bersejarah ini terus dilakukan. Tujuannya adalah untuk menjamin agar peninggalan tersebut dapat terus eksis dan menjadi pembelajaran berharga bagi generasi mendatang, sekaligus menggarisbawahi komitmen desa terhadap warisan Islam masa lalu.

Visi Masa Depan

Menyadari potensi besar yang terkandung dalam beduk dan mimbar berusia lebih dari seabad ini, Pemerintah Desa Lataling kini memiliki visi ambisius untuk mengintegrasikan warisan sejarah ini ke dalam sektor pariwisata. Husnawati menyatakan bahwa kepemimpinan desa bertekad menjadikan kedua artefak tersebut sebagai salah satu daya tarik utama yang dapat mengundang wisatawan untuk berkunjung ke Desa Lataling.

Potensi ini sangat besar, mengingat Pulau Simeulue sendiri sudah dikenal dengan keindahan alamnya yang eksotis, terutama pantai dan ombaknya yang ideal untuk berselancar. Dengan menambahkan dimensi wisata sejarah dan budaya Islam, Desa Lataling menawarkan paket perjalanan yang lebih holistik. Wisatawan yang datang tidak hanya dapat menikmati keindahan alam dan laut, tetapi juga menyelami kedalaman sejarah keislaman di pulau terpencil tersebut.

Husnawati menekankan pentingnya perawatan dan pelestarian yang berkelanjutan untuk mewujudkan visi ini. Dengan mempertahankan keutuhan dan keaslian kedua benda tersebut, nilai jual Desa Lataling sebagai destinasi wisata sejarah dan religi akan semakin meningkat. Kehadiran wisatawan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, membuka peluang baru bagi masyarakat desa, sekaligus memicu rasa bangga dan tanggung jawab kolektif terhadap warisan yang mereka miliki. Beduk dan mimbar ini, dengan demikian, tidak hanya menjadi simbol iman, tetapi juga harapan baru bagi perkembangan pariwisata berbasis komunitas di Simeulue.

BACA JUGA : Rekomendasi Gunung Sumatera Paling Cocok untuk Pendaki Baru, Berikut Informasi Selengkapnya

BACA JUGA : 5 Rekomendasi Wisata Geopark Menarik di Sumatera Barat dengan Lanskap Alam Memukau!

Warisan ini kini bertransformasi dari sekadar benda ritual menjadi aset budaya dan ekonomi yang berpotensi menarik minat dunia. Komitmen desa untuk menjadikan artefak ini sebagai daya tarik wisata menunjukkan langkah maju dalam mengawinkan konservasi sejarah dengan pembangunan berkelanjutan. Diharapkan, beduk dan mimbar Masjid Nurus Sa’dah akan terus berdiri kokoh, tidak hanya sebagai penanda sejarah Islam di Simeulue, tetapi juga sebagai inspirasi bagi komunitas lain untuk merawat dan membanggakan jejak-jejak masa lalu mereka.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: