Gedung SCS Tegal yang Berusia Ratusan Tahun, Masuk Ceruk Wisata Minat Khusus

Gedung SCS Tegal yang Berusia Ratusan Tahun, Masuk Ceruk Wisata Minat Khusus

GEDUNG SCS – Gedung Birao atau Gedung SCS berdiri menjulang di Kawasan Jalan Pancasila Kota Tegal. Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mendorong gedung ini dapat dimanfaatkan. -K. ANAM SYAHMADANI/RADAR TEGAL -

TEGAL, DISWAYJOGJA - Perjalanan panjang sejarah yang telah dilalui Kota Tegal meninggalkan jejak berupa bangunan-bangunan tua peninggalan zaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Salah satunya, Gedung Birao atau Gedung SCS yang telah berusia ratusan tahun dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Sebuah bangunan tua dengan panjang 120 meter, lebar 42 meter, dan tinggi 36 meter berdiri menjulang di atas lahan seluas 11.000 meter di Jalan Pancasila. Pagi itu, Kamis (25/1), bangunan yang dikenal sebagai Gedung Birao atau Gedung SCS tampak sepi. Terlihat hanya ada seorang penjaga yang sedang duduk dan petugas menyapu lantai gedung bergaya arsitektur kolonial tersebut.

Di atas gedung, dua burung gereja berkejaran seperti sedang kasmaran. Kedua burung itu sesekali hinggap di dinding dan kemudian terbang lagi. Pada dua sisi dinding yang dihinggapi burung gereja tersebut tertulis SCS dan 1913. Gedung SCS memang selesai dibangun pada 1913 dan dulu merupakan Kantor Perusahaan Kereta Api Semarang Cheriboon Stroomtram Matschappij.

BACA JUGA:Pemkot Tegal Diminta Permudah Mekanisme Persetujuan Bangunan Gedung

Semarang Cheriboon Stroomtram Matschappij adalah perusahaan transportasi yang melayani trayek Semarang-Cirebon melalui Pekalongan dan Tegal. Gedung SCS didesain oleh Henry Maclaine Pont, seorang arsitek yang juga merancang Stasiun Tegal dan Technische Hogeschool atau yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pada masa pendudukan Jepang, Gedung SCS digunakan untuk Markas Balatentara Jepang. Gedung tersebut menjadi saksi bisu heroisme orang-orang Tegal serta simbol perlawanan pemuda Angkatan Muda Kereta Api. Di tengah ancaman Dai Nippon, para pemuda merangsek untuk menaikkan bendera Merah Putih setelah mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta.

Jarum jam menunjukkan pukul sembilan. Dari jarak 150 juta kilometer, cahaya matahari menyelinap di sela-sela gumpalan awan di atas Gedung SCS. Angin bertiup menembus jendela bangunan gedung bercat warna putih yang dirancang dengan desain adaptif terhadap iklim tropis. Iklim yang kelembaban, curah hujan, dan intensitas cahaya mataharinya tinggi.

BACA JUGA:Teras Gedung KPT Brebes Amblas 10 Cm, Perbaikan Ditaget 2 Pekan

Setelah Kawasan Jalan Pancasila direvitalisasi oleh Pemerintah Kota Tegal dan banyak dikunjungi warga, Gedung SCS menjadi salah satu spot favorit, terutama bagi muda-mudi, untuk mengabadikan momen berlatar belakang gedung. Tidak sedikit pula Si Kembar Lawang Sewu ini menjadi latar pemotretan prapernikahan olah para calon pengantin.

Agar tidak terkesan dibiarkan begitu saja, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mendorong Gedung SCS segera dimanfaatkan. Itu disampaikan wali kota saat memberikan sambutan dalam acara Peresmian Musala Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Kota Tegal yang berada di Komplek Gedung Perumda Air Minum Tirta Bahari, Selasa (23/1).

Wali kota mengaku akan bertemu dengan pihak terkait. ”Saya akan bertemu dengan anggota DPR dan pejabat PT KAI, Gedung Birao agar difungsikan, jangan dibiarkan begitu saja. Harus bagus,” kata wali kota.

BACA JUGA:Wisata Baru Jogja Instagramable Merapi Park, The World Landmark Serasa Keliling Dunia dalam 1 Jam

Menurut orang nomor satu di Kota Metropolis ini, sebelum Kawasan Jalan Pancasila direvitalisasi, Gedung SCS tidak banyak dilirik.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Tegal Irkar Yuswan Apendi, melalui Kepala Bidang Pariwisata Dian Eka Kusumawardhani saat dihubungi menyampaikan, Gedung SCS statusnya milik PT KAI. Sejauh ini, baru sebatas menerima kunjungan terbatas oleh para pecinta sejarah dan budaya yang dipelopori komunitas Tegal History.

Menurut Dian, dilihat dari sejumlah aspek, Gedung SCS menjadi salah satu potensi ceruk pasar yang bisa dikembangkan. Ceruk pasar adalah istilah yang digunakan untuk wisata minat khusus yang mempunyai unique selling point atau nilai jual unik. Artinya, peminat diceruk ini memiliki kebutuhan yang berbeda. Kemudian, mempunyai spending money tinggi.

Maksudnya, pengunjung bersedia membayar lebih untuk berkunjung ke daya tarik wisata yang paling memuaskan atau memenuhi kebutuhan mereka. “Serta, Insya Allah akan meningkatkan length of stay (lama tinggal),” jelas Dian.

BACA JUGA:Mobil Baru Suzuki Swift 2024 Siap Kalahkan Honda Brio dan Ramaikan Industri Otomotif di Indonesia!

Disporapar, lanjut Dian, akan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, baik PT KAI maupun komunitas untuk mengembangkan potensi ceruk pasar tersebut.

Saat dikonfirmasi secara terpisah, Pendiri Tegal History Bijak Cen Soekarno memandang, pemanfaatan Gedung SCS seperti Lawang Sewu merupakan ide bagus. Namun, belum terlalu urgen karena peminat sejarah di Tegal prosentasenya baru sekitar empat puluh lima persen. Karena itu, apabila ingin dimanfaatkan, sebaiknya masyarakat terlebih dulu diedukasi tentang sejarah daerahnya.

”Pemanfaatan Gedung SCS agar seperti Lawang Sewu memang bagus. Namun, lebih baik masyarakatnya dulu yang diberi edukasi sejarah, agar tahu sejarah gedung yang akan dimanfaatkan tersebut,” ungkap Bijak. Selain itu, mengingat Gedung SCS memiliki nilai sejarah yang panjang dan telah berusia ratusan tahun, perlu dilakukan uji kelayakan sebelum dimanfaatkan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: