Hasil Panen Sayur di Paguyangan Tak Maksimal, Produksi Turun

Hasil Panen Sayur di Paguyangan Tak Maksimal, Produksi Turun

MEMETIK- Petani memetik sisa panen mentimun ditengah terjadinya penurunan produksi sebagai dampak dari perubahan cuaca.-TEGUH SUPRIYANTO/RADAR BREBES -

PAGUYANGAN, DISWAYJOGJA - Para petani komoditas sayur di wilayah Kecamatan Paguyangan, mengeluhkan turunnya produksi salah satu komoditas pertanian mereka akibat terjadinya perubahan cuaca.

BACA JUGA:Memeras Petani di Brebes, Tiga Wartawan Bodong Ditahan Polisi

Hal itu sebagaimana disampaikan Sobirin, petani di Desa Cipetung, Kecamatan Paguyangan. Menurut dia, komoditas yang paling merasakan dampak yakni jenis tanaman mentimun.

Penurunan produksi akibat mulai meningkatnya curah hujan beberapa waktu terakhir ini, sehingga tanaman tidak bisa berkembang secara maksimal,jelas Sobirin, Minggu (26/11).

BACA JUGA:1.228 Petani Terima Bantuan Pompa Air BBG, Tekan Biaya Produksi 65 Persen

Sobirin mencontohkan, untuk lahan seluas 2.700 meter persegi yang diolahnya, hanya bisa menghasilkan panen 8 ton mentimun. Padahal dalam kondisi normal, mampu sebanyak 10 hingga 12 ton.

BACA JUGA:Harga Tembakau di Temanggung Belum Sesuai Harapan Petani

Dengan ukuran ideal pemetikan yakni 8 buah untuk 1 kilogram mentimun, produksi yang didapat kali ini menurun dari kondisi normal," katanya.

Menurunnya jumlah produksi, juga barengi dengan terjadinya penurunan harga jual di tingkat petani. Dimana harga yang berlaku saat ini yakni Rp 1.200 hingga Rp 1.500 untuk setiap kilogramnya. "Jika sedang bagus, harga bisa diatas Rp 2.000 per kilogramnya," ujar Sobirin.

BACA JUGA:Perbanyak Makan Sayur Ternyata Dapat Mencegah Penuaan Dini loh, Simak Ulasanya!

Dengan kondisi yang terjadi saat ini, maka upaya yang dilakukan petani yakni melakukan alih tanam. Upaya tersebut ditempuh untuk menghindari kerugian sebagai dampak perubahan cuaca. "Kita sesuaikan dengan tanaman yang memang membutuhkan air cukup banyak, seperti jenis padi atau lainnya," ucapnya.

Zaenal, petani lainnya mengakui jika dampak perubahan cuaca juga meningkatkan risiko terhadap serangan penyakit. Kondisi ini terjadi seiring dengan meningkatnya kelembaban tanah akibat tingginya intensitas hujan. "Pada akhirnya akan berdampak pada bertambahnya biaya perawatan, mulai saat pengolahan hingga pemeliharaan tanaman," ucap Zaenal. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: