Usung Tema Olah Saliro, Roso, Lan Pikir, Pemda DIY Adakan JCWF 2023
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY akan menggelar Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) 2023.-DOK.-
DISWAYJOGJA - Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY akan menggelar Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) 2023. Event yang akan digelar sepanjang November 2023 kali ini mengusung tema filosofi Jawa, yakni Olah Saliro, Roso, lan Pikir.
Ketua BPPD DIY GKR Bendara menjelaskan, Olah Saliro, Roso, lan Pikir, dinilai mewakili konsep kebudayaan Jawa tentang pendekatan holistik terhadap wellness. Dimana hal itu menekankan pentingnya keseimbangan tubuh, pikiran, serta jiwa pada manusia. Nah, event JCWF memiliki tujuan meningkatkan kesadaran terhadap wellness yang berbasis kebudayaan dan berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.
BACA JUGA:Malioboro Run 2023, 3.500 Pelari Menyusuri Sumbu Filosofis Yogyakarta
“Selain itu, memperkenalkan wellness berbasis budaya Yogyakarta, penggabungangan tren wellness dengan warisan budaya, memberikan media atau sarana bagi pelaku industri, dan membangun kolaborasi di industri pariwisata serta wellness,” kata GKR Bendara, Kamis (8/11/2023).
GKR Bendara menjelaskan, puncak acara JCWF 2023 diadakan pada 24-26 November 2023, dengan target Millennials berusia dari 25 - 40 tahun. Selain itu disusul oleh Generasi X, Z, dan para senior (boomers).
BACA JUGA:5 Rekomendasi Wisata Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta
”JCWF 2023 nantinya akan ditutup dengan perayaan festival wellness. Lokasi yang dipilih terdiri atas cagar budaya, desa wisata, resort, spa dan kecantikan, gerai produk sehat, pusat kebugaran, taman konservasi wisata, museum dan studio seni, studio yoga dan pusat olah raga,” jelasnya.
GKR Bendara berharap, dengan berbagai pilihan lokasi yang ditawarkan, festival ini akan memperkaya peserta dengan pengalaman wellness yang mendalam, yang merangkul budaya dan alam.
GKR Bendara menambahkan, pemahaman budaya wellness di Yogyakarta berakar dari kebudayaan Jawa serta kebudayaan Kasultanan Yogyakarta. Budaya tersebut berawal dari Perjanjian Jatisari tahun 1755, yang dilakukan dua hari setelah Perjanjian Giyanti.
Perjanjian Jatisari membagi kebudayaan Kesultanan Mataram menjadi beberapa budaya seperti tata cara berpakaian, adat istiadat, bahasa, gamelan, tari-tarian, dan lain sebagainya.
“JCWF 2023 hadir untuk memperkenalkan kekuatan dari wellness Jogja yang mengakar dari budaya asli Mataram. Kekuatan tersebut dipadukan dengan akomodasi dan wisata alam yang masih terjaga dengan pesona tersendiri, yang pastinya tidak sama dengan Surakarta dan Bali,” kata GKR Bendara. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: