Inilah Asal-usul Desa Kedokan Sayang, Bikin Merinding!

Inilah Asal-usul Desa Kedokan Sayang, Bikin Merinding!

--

DISWAY JOGJA - Desa Kedokan Sayang terletak di segitiga perbatasan antara tiga kecamatan yaitu Keacamatan Talang, Kramat, dan Tarub merupakan desa yang memiliki satu rangkaian kisah dengan desa-desa lain. Desa-desa yang memiliki rangkaian satu kisah adalah Desa Kaligayam, Cangkring, Wangandawa, Semingkir, dan lain-lain. 

Kedokan Sayang masuk wilayah Kecamatan Tarub, berada paling utara. Desa ini dibatasi oleh desa-desa yang berbeda kecamatan. Batas sebelah utara desa Jatilawang dan dan Kematran yang masuk wilyah Kecamatan Kramat. 

Sebelah timur dibatasi Bumiharja yang masuk wilayah Kec. Tarub. Sebelah selatan desa Tarub dan sebagian Kemanggungan yang masuk wilayah Kec. Tarub. Sedangkan sebelah barat desa Wangan Dawa yang masuk wilayah Kec. Talang. 

Dulu di desa Kedokan Sayang ini pernah ada sesepuh desa yang konon seorang wali yang terkenal dengan nama Mbah Panggang. Namun cerita asal usul desa ini tidak berasal dari Mbah Panggang seperti desa-desa lain. 

Makam Mbah Panggang yang terletak di bagian selatan desa ini sampai sekarang masih di keramatkan bahkan pada tahun 2004 dipagar dan diberi atap dan tempat untuk berziarah. Asal usul Mbah Panggang sampai dengan diterbitkannya tulisan ini belum dapat diketahui. 

Makam Mbah Panggang dulu sering dijadikan tempat untuk bersumpah jika ada orang bersengketa. Caranya dengan melompati makam tersebut. 

Jika salah satu yang bersengketa itu benar atau tidak bersalah maka dia dapat melompati makam tersebut. Sebaliknya jika bersalah baik salah satu atau keduanya maka tidak dapat melompati makam tersebut. Padahal lebar makam tersebut tidak terlalu lebar, hanya satu lompatan biasa.

Ada beberapa tempat penting di desa Kedokan Sayang. Tempat-tempat tersebut menjadi sangat dikenal karena mempunyai nilai tertentu. Misalanya keramat, angker, unik dan lain-lain.

Tempat-tempat tersebut adalah :

1. Makam Mbah Panggang

2. Makam Kidapati

3. Jaratan Kasir

4. Jaratan Dempet

5. Brug Jarum/ Jembatan Jarum

6. Prapatan Celeng

7. Ganjuran

8. Kampung Arab

9. Blok M/ Blok Masjid Baiturrohman

10.Karang Moncol

11. Tambak/ Pedukuhan di sebelah timur

12. Keben/ Pedukuhan kecil di sebelah selatan

13. Kuburan Pesarean di dukuh Tambak

Kisah Terjadinya Desa Kedokan Sayang

Pada zaman penjajahan Belanda, hiduplah seorang laki-laki bernama Gendowor. Ia adalah seorang pengembala kuda, yang kemudian diangkat menjadi Adipati di Tegal. 

Sifat Gendowor disebutkan hampir sama dengan majikan Adipati Martoloyo yang tidak mau bersekutu dengan kolonial Belanda. Lain halnya Raja Amangkurat II yang berangkulan dengan Belanda seperti ayahnya. 

Namun, hal itu hanya berlangsung saat ia belum diangkat menjadi Adipati, sifatnya sangat tegas menentang Belanda. Setelah ia diangkat menjadi Adipati, justru berbelok 180 derajat bersatu dengan Belanda.

Karena menentang perintah kerajaan, ia diberhentikan dari jabatannya. Lalu la berseteru dengan Bagus Suanda yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda. 

Ketika Gendowor datang ke rumah Bagus Suanda, ia tidak dapat bertemu dengan Bagus Suanda karena sedang pergi ke Jawa Barat. la hanya bertemu dengan Ayah Bagus Suanda. 

Kecewa tidak dapat bertemu dengan Bagus Suanda, Ayah Bagus Suanda yang sudah tua itu dipukuli oleh Gendowor. Gendowor meluapkan amarahnya di rumah Bagus Suanda. 

Ketika Bagus Suanda pulang ke rumah, mengetahui Ayahnya babak belur, ia marah dan mengejar Gendowor. Bagus Suanda berhasil mengejar Gendowor, maka terjadilah perkelahian antara kedua orang yang sama-sama sakti. 

Kejar-mengejar antara keduanya siang dan malam hingga berhari-hari. Setiap daerah yang dilewati oleh pelarian Gendowor menjadi nama-nama desa. 

Misalnya ketika Gendowor bersembunyi di tepi sungai, di bawah pohon gayam maka tempat itu diberi nama Desa Kaligayam. Lalu berlari ke timur bersembunyi di bawah pohon cangkring maka tempat itu diberi nama Desa Cangkring.

Gendowor terus dikejar oleh Bagus Suanda. Untuk menyingkir dari kejaran Bagus Suanda, ia menyusuri sungai kecil atau wangan yang panjang, tempat itu sekarang diberi nama Wangan Dawa. Sedangkan tempat untuk menyingkir diberi nama Semingkir tempatnya di sebelah utara Wangan Dawa.

Bagus Suanda tidak kenal menyerah, ia tidak akan berhenti sebelum dapat menangkap Gendowor. Hingga akhirnya Bagus Suanda berhasil menemukan Gendowor yang sedang kehausan saat hendak minum air empang atau blumbang atau Kedokan. 

Seketika itu pula Bagus Suanda menyerang Gendowor. Perkelahian terjadi cukup seru karena saling mengeluarkan kesaktian masing-masing. 

Gendowor kalah tak berdaya. Akhirnya, tempat perkelahian itu dinamakan Kedokan Sayang. 

Mengapa disebut demikian? Sebab di Kedokan tadi sangat disayangkan, seorang Adipati Gendowor minum air di Kedokan dan Sayang pula di Kedokan itu Gendowor kalah. 

Kudanya yang bernama Kidapati dimakamkan di Pemakaman Seng atau jaratan Kasir, sampai sekarang masih dapat dijumpai makamnya di situ. Lalu di mana makam Kendowor? Sampai sekarang masih misteri. Maka tempat itu di kemudian hari menjadi desa Kedokan Sayang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: