Gangguan Kesenangan

Gangguan Kesenangan

Irjen Ferdy Sambo--

Luhut memberi contoh di Kemenko yang ia pimpin. "Saya tidak bisa mendapat bantuan tenaga dari TNI. Yang bisa dari Polri," katanya.

Polri bisa ditempatkan di mana-mana. Bahkan termasuk di perhubungan –yang di zaman dulu identik dengan ''jatah'' TNI-AL atau TNI-AU.

Kalau penempatan seperti itu dimungkinkan maka tidak semua perwira tinggi berebut menjadi KSAD. "Di luar negeri perwira militer bisa ke mana saja," katanya.

Tidak ada nada cemburu di pernyataan Luhut. Atau ada. Tergantung yang siapa yang merasakan.

Merdeka!

Di kalangan TNI, dulu, ada kelompok yang disebut ''kelompok intelektual-profesional''. Begitu banyak jenderal yang membahas secara kritis dwifungsi ABRI.

Waktu itu muncul pemikiran-pemikiran kebangsaan dan kenegaraan dari para jendral tersebut. Yakni pemikiran yang melampaui kepentingan sempit TNI sendiri.

Terjadi juga dialog intelektual yang intensif antara para pemikir di TNI dengan para intelektual dari universitas.

Kelompok ini terus menyuarakan sisi-sisi negatif dwifungsi ABRI. Terutama dalam pembangunan bangsa yang kuat.

Perjuangan kelompok ini bisa dikatakan berhasil. Tentara berhasil mengubah dirinya. Dengan berbagai pengorbanan kenikmatan fasilitas yang menggiurkan.

Merdeka!

Peristiwa Duren Tiga, yang dilanjutkan ke Kelapa Dua, telah menimbulkan begitu banyak sorotan. Begitu kompak opini di masyarakat. Inilah untuk kali pertama cebong dan kampret bisa bersatu. Satu suara: mengecam Ferdy Sambo, perbuatannya, lembaga yang ia pimpin, dan terutama Satgassus itu.

Itulah satu-satunya sisi positif Ferdy Sambo: mempersatukan kampret dan cebong.

Merdeka!

Tentu banyak juga intelektual profesional di tubuh Polri. Yakni mereka yang menginginkan Polri yang ideal. Hanya saja mereka belum terlihat oleh publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id