Setiap RW di Magelang Bakal Dipasangi Kamera CCTV

Setiap RW di Magelang Bakal Dipasangi Kamera CCTV

Wali Kota Magelang dr Muchamad Nur Aziz bersama Wakil Wali Kota KH M Mansyur, Sekda Joko Budiyono, Ketua DPRD Budi Prayitno bercerita pengalaman selama melawat di Kota Tula, di sela konferensi pers dengan awak media di Kantor Walikota. (Wiwid Arif/Magelan--

MAGELANG (Disway Jogja) – Wali Kota Magelang dr Muchamad Nur Aziz terus membuat terobosan pelayanan publik yang dipimpinnya saat ini. Usai melawat ke Kota Tula, Rusia, akhir Juli 2022 lalu, orang nomor satu di Kota Jasa itu ingin segera mewujudkan konsep “Smart City”.

 

Pada 2023 mendatang, dia menargetkan tiap RW di Kota Magelang memiliki kamera pengawas CCTV yang terintegrasi dengan Command Center Pemkot Magelang.

 

”Di Tula Rusia, seluruh kotanya terawasi kamera CCTV. Ada 250 titik di sana sangat efektif untuk memantau situasi, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Padahal jumlah penduduk di Tula lebih banyak dibanding Kota Magelang. Saya berpikir, Kota Magelang bisa memanfaatkan itu,” kata dr Aziz di sela konferensi pers di Kantor Wali Kota Magelang.

 

Menurut dia, saat ini ada beberapa kamera CCTV yang terawasi langsung di instansi Dinas Perhubungan dan kepolisian di Kota Magelang. Namun, fungsi dari kamera itu hanya untuk memantau situasi lalu lintas.

 

”Yang jadi keinginan kami adalah memanfaatkan semua RW di Kota Magelang diawasi oleh kamera canggih CCTV yang nantinya bisa terpantau 24 jam di Command Center. Ini juga bisa terintegrasi dengan PSC 119, Damkar, dan lainnya. Kalau mendesak (petugas) bisa langsung terjun,” ujarnya.

 

Aziz bercerita bahwa di Kota Tula, ke-250 titik CCTV ini terpantau selama 24 jam. Dia dan rombongan pun dibikin keheranan, karena jumlah aparatur Pemerintah Kota Tula, hanya seratusan orang saja. Meski sedikit, layanan pemerintah terhadap warganya sangat optimal hampir di semua aspek.

 

”Jauh kalau dibanding Kota Magelang yang ASN-nya ada ribuan. Efektivitas di sana berjalan dengan baik. Meskipun hanya sedikit orang, tapi pelayanan terhadap warganya sangat baik dan optimal. Ini yang akan kami contoh untuk mengembangkan sister city atau kota kembar, antara Kota Magelang dan Kota Tula Rusia,” jelasnya.

 

Dia mengaku tertarik, dan mulai 2023 mendatang, dana Rp30 juta per RT yang dikemas lewat Program Pemberdayaan Masyarakat Maju Sehat dan Bahagia (Rodanya Mas Bagia) sebagian bisa dialokasikan untuk menambah CCTV di titik vital setiap lingkungan.

 

”Tahun ini bisa diusulkan lewat rencana kerja masyarakat (RKM) pengadaan CCTV di tiap RW. Jadi nanti setiap RW dan RT di Kota Magelang bisa terpantau secara terintegrasi dari Command Center yang berada di Kantor Walikota Magelang,” tuturnya.

 

Meski nantinya akan banyak terpasang CCTV, Aziz yakin bahwa masyarakat Kota Magelang tidak akan pernah meninggalkan tradisi seperti ronda malam, kegiatan gotong-royong, dan perkumpulan tingkat RT/RW. Justru dengan pengawasan kamera, tradisi itu akan semakin berkembang.

 

”Karena warga yang ronda bisa terawasi CCTV, sehingga mereka justru akan semangat mengawasi situasi dan kondisi lingkungannya. Kemudian masalah keamanan, yang pasti tingkat keamanannya akan jadi tinggi di Kota Magelang,” ungkapnya.

 

Dia menyebut, tingkat keamanan suatu daerah berpengaruh besar terhadap iklim investasi. Jika kota dianggap ramah dan aman, para investor pun akan tertarik berinvestasi di Kota Magelang.

 

”Di Kota Tula kami juga kenalkan para pengusaha yang ada di sini, agar ada support di antara keduanya. Terutama pengusaha Kota Tula untuk bisa berinvestasi di Kota Magelang, sehingga akan menggerakkan ekonomi Kota Magelang ke depan menjadi lebih baik lagi,” ucapnya.

 

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Magelang Budi Prayitno menambahkan, banyak hal yang bisa diambil sisi positifnya saat dirinya bersama Pemkot Magelang berkunjung ke Kota Tula. Dia pun menyoroti sarana dan prasarana maupun infrastruktur yang ada di Kota Tula yang seluruhnya sudah mencerminkan kota cerdas.

 

”Kalau Kota Magelang ingin menjadi Smart City, maka konsep-konsep yang dikembangkan adalah sarana dan prasarana yang bagus. Perlu dibuatkan aturan mengenai tata kota, keramahan investasi, dan infrastruktur yang baik,” ujarnya.

 

Kendati begitu, menurut Budi Prayitno, sentuhan teknologi sebaiknya tidak diterapkan secara spontan. Lebih positif jika realisasinya secara bertahap dan perlahan, agar mindset masyarakat terbangun secara natural.

 

”Contoh ketika kepolisian membuat surat tilang elektronik itu kan perlahan-lahan. Sekarang masyarakat sudah terbiasa. Konsep seperti itu, yang harus kita lakukan dengan perubahan perkembangan teknologi yang akan diterapkan. Jadi tidak spontan, tapi ada tahapan-tahapan dan proses,” ungkapnya. (wid)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelan ekspress