Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera, Alarm Multi-Bencana di Tengah Perubahan Iklim

Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera,  Alarm Multi-Bencana di Tengah Perubahan Iklim

Warga mengevakuasi harta benda terdampak banjir bandang di kawasan perbukitan, menunjukkan intensitas kerusakan akibat hujan ekstrem.--Foto: Int

BACA JUGA : Sleman Hujani Atlet Juara PORDA-PEPARDA 2025 dengan Bonus Rp11,6 Miliar

BACA JUGA : Merapi Luncurkan Awan Panas 1 Km, BPPTKG: Waspadai Lahar Saat Hujan di Puncak

“Bencana kali ini merupakan multi-bencana dengan penyebab dan dampak yang saling memperkuat,” tegasnya. 

Ia mencontohkan model BRR NAD–Nias pascatsunami 2004 yang efektif karena memiliki mandat dan kewenangan terintegrasi. 

“Dengan skala kerusakan sebesar ini, mekanisme rutin tampaknya tidak lagi memadai. Kita memerlukan lembaga lintas sektor yang mampu bekerja terpadu dan cepat,” pungkasnya.

Ia merekomendasikan pemerintah menyusun kajian komprehensif bersama kementerian teknis, BNPB, pemerintah daerah, akademisi, dan komunitas kebencanaan. 

Kajian ini harus memasukkan faktor perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan proyeksi bahaya hidrometeorologi agar rekonstruksi dan rehabilitasi dapat dirumuskan tepat dan holistik.

“Pemulihan harus disiapkan menghadapi kejadian ekstrem yang berpotensi berulang,” imbuhnya. 

BACA JUGA : Hujan Tak Surutkan Mahasiswa Jogja Memanggil, Tolak Soeharto Pahlawan dan Revisi KUHAP

BACA JUGA : Kondisi Hujan Tak Jadi Masalah, PSS Sleman Optimistis Tembus Kandang Deltras Sidoarjo

Ia menekankan pembentukan lembaga khusus bukan sekadar keputusan administratif, tetapi langkah strategis agar negara hadir sepenuhnya dalam membangun kembali Sumut, Sumbar, dan Aceh di tengah risiko bencana yang meningkat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: