Bayi Gajah Liar Ditemukan di Bukit Tigapuluh, Harapan di Tengah Ancaman
Seekor bayi gajah liar tampak berjalan di antara empat gajah dewasa dalam formasi perlindungan di kawasan Bentang Alam Bukit Tigapuluh, Jambi, awal November 2025. Lokasi ini berada di areal penggunaan lain yang berbatasan dengan bekas tambang batubara dan--Foto: Dok - Geopix
SLEMAN, Diswayjogja.id - Saat kita semua masih terguncang oleh kabar kematian beruntun bayi-bayi gajah Tari, Panton dan Nurlaila (Lela) serta dua ekor gajah betina yaitu Suli dan Dona di berbagai Pusat Konservasi Gajah, Geopix merilis temuan penting yang memberikan secercah harapan.
Tim mereka bertemu dengan bayi gajah liar bersama kelompoknya, total sekitar lima ekor di Bentang Alam Bukit Tigapuluh, salah satu kantong populasi penting bagi Gajah Sumatera.
Keberadaan bayi gajah liar ini makin meyakinkan kepada kita bahwa populasi gajah di Bukit Tigapuluh masih mampu beregenerasi secara alami. Namun temuan ini sekaligus membuka fakta lapangan yang jauh lebih mengkhawatirkan.
Tim lapangan Geopix mendokumentasikan satu bayi gajah liar bersama empat ekor gajah dewasa, bergerak dalam satu kelompok di wilayah areal penggunaan lain (APL) membentuk formasi waspada untuk melindungi bayi gajah tersebut.
Ini menggambarkan kelompok yang relatif kecil dan rentan.
Mereka terlihat berada di tepian tambang batubara yang terbengkalai dan tidak terlihat pergerakan ke lokasi lainnya.
BACA JUGA : Tari, Anak Gajah Ikonik Tesso Nilo Tutup Usia: Peringatan Keras bagi Konservasi Satwa Liar Indonesia
BACA JUGA : Kasus Evakuasi Hewan di Kota Jogja Meledak, 771 Laporan Didominasi Sarang Tawon dan Ular
Selain itu, juga teramati aktivitas pembersihan lahan untuk membuka perkebunan sawit.
Seperti kantong-kantong populasi gajah lainnya di seluruh Sumatera, kondisi Bentang Alam Bukit Tigapuluh cukup memprihatinkan.
Habitat-habitat terbaik gajah tersebut telah terfragmentasi oleh perambahan yang sangat masif, pemberian izin tambang, perkebunan sawit, dan kegiatan perhutanan sosial yang belum terbina dengan baik yang masih berlangsung di wilayah perlintasan atau koridor bagi gajah.
Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan pemasangan pagar-pagar listrik tak standar yang sangat membahayakan dan juga mematikan tidak hanya bagi gajah tetapi juga masyarakat itu sendiri.
Fragmentasi habitat ini membuat gajah kehilangan habitat aman dan terpaksa menjelajah di areal yang tidak sesuai.
Ditemukan jejak alat berat, jalan logging, dan pembukaan lahan baru tidak jauh dari lokasi penemuan tersebut.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: