Perpustakaan Sleman Selamatkan Naskah Kuno dan Dorong Literasi Sekolah, Kolaborasi dengan Kraton Yogyakarta
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sleman, Shavitri Nurmala Dewi, saat ditemui media di Sleman, Selasa (25/11/2025), menjelaskan akreditasi perpustakaan dan pelestarian naskah kuno.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman terus mendorong peningkatan kualitas literasi di sekolah dan masyarakat, tidak hanya melalui akreditasi perpustakaan, tetapi juga pelestarian naskah kuno.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sleman, Shavitri Nurmala Dewi, menjelaskan, hingga saat ini sebanyak 31 sekolah, baik SD maupun SMP, telah melakukan akreditasi perpustakaan.
“Sekolah yang sudah melakukan akreditasi Perpus ada 31 sekolah, baik SD maupun SMP, jadi tidak hanya SMA saja,” katanya.
Dukungan untuk sekolah yang melakukan akreditasi juga diberikan oleh dinas.
Menurut Shavitri, buku-buku yang disalurkan menjadi aset perpustakaan dan tidak dapat dipindahkan, sehingga menjadi koleksi resmi.
“Terkait bantuan dari Dinas Perpustakaan, sebenarnya ada dukungan bagi sekolah yang melakukan akreditasi,” ucapnya.
BACA JUGA : Perpustakaan Digital SMPN 1 Pakem Jadi Magnet Literasi, Pinjaman Buku Melonjak dalam Tiga Minggu
BACA JUGA : Kritik Kebijakan Upah, MPBI DIY Desak Pemerintah Tinggalkan Formula PP 56/2023
Selain itu, bidang perpustakaan juga menyalurkan bantuan dari pihak lain, misalnya donasi perusahaan, untuk memperkaya koleksi perpustakaan sekolah.
“Bidang perpustakaan juga menyalurkan bantuan dari pihak lain, misalnya donasi perusahaan, untuk perpustakaan sekolah melalui kami,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Perpustakaan Nasional juga ikut berperan melalui penyaluran buku bagi sekolah maupun taman bacaan masyarakat.
“Perpustakaan Nasional juga memberikan bantuan buku bagi sekolah atau taman bacaan masyarakat, yang disalurkan melalui dinas kami,” ujarnya.
Selain fokus pada literasi modern, Dinas Perpustakaan Sleman menyoroti upaya pelestarian naskah kuno.
Beberapa naskah milik warga, seperti buku N.H. Didi, bisa dicetak ulang dengan mesin fotokopi. Namun, ada juga naskah langka seperti Serat Babat Diponegoro, yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno atau Arab klasik, yang membutuhkan perlakuan khusus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: