Gelap Sunyi di Balik Senyum Ibu, Tekanan Ekonomi dan Peran Ganda Picu Bunuh Diri Perempuan
Seorang ibu rumah tangga duduk termenung di ruang tamu sederhana, mencerminkan beratnya tekanan ekonomi dan peran ganda yang sering memicu masalah kesehatan mental.--Foto: Ho (INT)
Selain itu, faktor psikologis juga berperan signifikan. Stres berat, rasa cemas berlebih, hingga overthinking membuat kondisi mental memburuk. Individu kemudian merasa tidak mampu lagi mengendalikan masalah yang datang silih berganti.
“Stres negatif, kecemasan berlebih, dan pikiran putus asa membuat seseorang merasa tidak ada lagi solusi. Situasi ini bisa memicu tindakan ekstrem bunuh diri,” ujarnya.
Tak kalah penting, budaya digital turut memengaruhi. Media sosial dengan pola interaksi yang cepat dan masif kerap memunculkan fenomena copycat suicide, yaitu bunuh diri akibat terpapar kasus serupa.
“Pola interaksi di dunia digital berkontribusi signifikan. Copycat suicide adalah ancaman nyata karena pertukaran informasi semakin tidak terkendali,” imbuhnya.
Untuk mencegah fenomena ini, ia menekankan perlunya pendekatan komprehensif. Peningkatan literasi kesehatan mental harus dilakukan agar masyarakat lebih peka terhadap kondisi diri maupun orang lain.
BACA JUGA : Tak Kunjung Bertemu Sang Ayah, Mahasiswi Asal Sleman Coba Bunuh Diri dengan Panjat Tower Sutet
BACA JUGA : Briket Tongkol Jagung, Solusi Energi Ramah Lingkungan dan Penghasilan Baru di Dusun Kalimundu Bantul
Di sisi lain, akses layanan psikologis yang terjangkau dan penguatan ketahanan diri bagi perempuan menjadi sangat penting.
“Media dan figur publik punya peran penting. Narasi tentang perempuan harus diubah, dari stigma menjadi empati dan dukungan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: