Petani Muda Harus Melek Pasar, Dari Kecamatan hingga Industri Kopi dan Kakao

Petani Muda Harus Melek Pasar, Dari Kecamatan hingga Industri Kopi dan Kakao

Sekjen Aliansi Petani Indonesia, Muhammad Nuruddin, menegaskan petani muda harus melek pasar dan peduli lingkungan, sembari mendorong Indonesia aktif di BRICS.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

“Petani muda yang cerdas pasar dan peduli lingkungan akan menjadi penentu masa depan pertanian Indonesia,” tegasnya.

Didesak Perluas Kerja Sama hingga BRICS

Pergeseran arus investasi ke kawasan Mekong, seperti Thailand, Kamboja, dan Vietnam, kian terasa dampaknya bagi perekonomian nasional. Kondisi ini memicu meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor industri di Indonesia.

Ia menilai situasi tersebut menjadi sinyal bagi pemerintah untuk segera membuka jalur kerja sama yang lebih luas dengan mitra nontradisional, termasuk negara-negara Asia Timur, Timur Tengah, hingga Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan (BRICS). 

“Kondisi ini diperparah dengan pergeseran investasi industri ke kawasan Mekong yang berdampak pada meningkatnya PHK di Indonesia,” tuturnya. 

Selain kompetisi regional, pelaku usaha di dalam negeri juga menghadapi tekanan dari sisi fiskal. 

Tingginya beban pajak hingga 19 persen pada produk dalam negeri disebut Nuruddin sebagai faktor tambahan yang membuat daya saing usaha semakin tertekan.

"Beban fiskal dan pajak yang tinggi menjadi tantangan serius bagi pelaku usaha kreatif kita untuk bisa bertahan,” sebutnya.

Menurutnya, kunci untuk menjaga daya saing Indonesia adalah memperluas jejaring ekonomi ke pasar-pasar baru. 

Kawasan Asia Timur dan Timur Tengah dinilai bisa menjadi mitra strategis, khususnya dalam sektor yang padat karya dan berorientasi ekspor.

“Karena itu, saya mendorong kerja sama lebih luas dengan negara-negara Asia Timur dan Timur Tengah agar kita tidak tertinggal dari kawasan lain,” imbuhnya.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa keterlibatan Indonesia dalam forum BRICS harus dimanfaatkan secara serius. Forum multipolar itu diyakini mampu membuka peluang lebih besar bagi generasi muda Indonesia untuk masuk dalam rantai produksi global.

“BRICS membuka ruang bagi anak muda kita untuk terlibat dalam rantai produksi global multipolar, sehingga tidak lagi hanya bergantung pada Amerika,” tegasnya.

Dengan langkah strategis tersebut, Indonesia diharapkan dapat menekan dampak pergeseran investasi ke kawasan lain sekaligus memperkuat posisi anak muda dalam percaturan ekonomi global.

Kedepannya petani muda diharapkan mampu membangun usaha tani yang tangguh, produktif, sekaligus adaptif menghadapi tantangan perubahan iklim dan dinamika pasar global.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: