Haedar Nashir Sebut KHGT Satukan Umat Islam dengan Satu Tanggal dan Satu Hari Seluruh Dunia

Haedar Nashir Sebut KHGT Satukan Umat Islam dengan Satu Tanggal dan Satu Hari Seluruh Dunia

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, menyebutkan bahwa Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) untuk menyatukan umat Islam dengan satu tanggal dan satu hari di seluruh dunia, di Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa), Rabu (25/6/2025).--Foto: Anam AK/diswayjogja.id

Haedar menyebut penentuan kalender hijriah sebagai 'jalan terjal' bagi Muhammadiyah, terutama karena perbedaan pandangan di tingkat lokal dan global.

Dia mencontohkan kebingungan umat awam ketika tanggal penting seperti 1 Ramadan, 1 Syawal, atau 10 Zulhijah berbeda-beda, bahkan hingga dua atau tiga hari, padahal peredaran bulan, matahari, dan bumi bersifat eksak. 

BACA JUGA : Haedar Nashir Ajak Pancasila sebagai Kompas Ideologis Etika Bernegara

BACA JUGA :  Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Haedar Nashir: Bangun Dialog untuk Rekonsiliasi

Meski demikian, Haedar menegaskan bahwa Muhammadiyah terbuka untuk dialog dan musyawarah demi mencapai mufakat.

“Prosesnya mungkin lama, bisa 10, 50, atau 100 tahun, tapi Muhammadiyah akan sabar menanti,” jelasnya.

Hedar juga mengapresiasi inisiatif individu dan organisasi lain yang telah merintis gagasan serupa, serta mengajak semua pihak untuk menyisihkan kepentingan pribadi demi persatuan umat.

"Kalender global tunggal mungkin punya kekurangan, tapi sistem lain juga tidak sempurna. Mari duduk bersama untuk satu tujuan, satu hari, satu tanggal,” terangnya. 

BACA JUGA : Haedar Nashir Ajak Transparansi Halal Pasca Temuan Makanan Bersertifikat Halal Mengandung Babi

BACA JUGA : Pesan Paus Fransiskus Soal Perdamaian Gaza, Haedar Nashir Sebut Jangan Ada Tokoh Dunia yang Ugal-ugalan

Dari sisi saintifik, Haedar menjelaskan bahwa Muhammadiyah menggunakan metode hisab sebagai salah satu parameter kalender global, di samping prinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia.

Haedar menekankan bahwa perubahan metode tidak perlu ditakuti, karena metode hanyalah wasilah (sarana) untuk mencapai tujuan. Muhammadiyah sendiri pernah beralih dari rukyat ke hisab hakiki, menunjukkan keterbukaan terhadap pembaruan.

Dia juga merujuk pada konsep falsifikasi dalam ilmu pengetahuan Barat, yang membuka peluang untuk menguji dan memperbarui teori.

“Jika kalender global ini dikritik, kami terbuka. Bahkan ijtihad yang salah pun mendapat pahala,” imbuhnya. 

BACA JUGA : Haedar Nashir Sebut 6 Refleksi Hari Pers Nasional, Demokratis dan Berkebudayaan Luhur

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait