Polresta Sleman Sebut ada 13 Tersangka Dugaan Penganiayaan Santri Ponpes Ora Aji
Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, di Kalasan, Sleman, yang diasuh oleh mantan Utusan Khusus Presiden, Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id
Diberitakan sebelumnya, Kuasa hukum korban Heru Lestarianto mengatakan aksi penganiayaan dilakukan pada 15 Februari 2025, yang diduga dilakukan oleh 13 orang oknum pengurus dan santri Pondok Pesantren Ora Aji.
Dugaan pengeroyokan dan penganiayan tersebut telah dilaporkan di Polsek Kalasan dengan nomor : STTLP/22/II/2025/SEK KLS/POLRESTA SLM/POLDA DIY tertanggal 16 Februari 2025.
BACA JUGA : Upacara Hari Santri 2024, Kakanwil Kemenag DIY Ajak Para Santri Lebih Percaya Diri
BACA JUGA : Peringati Hari Santri Nasional, Kabupaten Gunungkidul Gelar Upacara di Alun Alun Wonosari
"Dugaan tindak pidana pengeroyokan dan penganiayan tersebut secara spesifik menurut pengakuan klien kami dan sudah dituangkan dalam BAP di Kepolisian dilakukan dengan cara dipukuli secara beramai-ramai, disetrum dan dipukuli menggunakan selang oleh diduga oknum 13 orang tersebut baik secara bergantian atau bersama-sama di waktu dan tempat yang bersamaan," ungkap Heru di Yogyakarta, Jumat (30/5/2025).
Heru menuturkan, penyebab terjadinya kekerasan tersebut terhadap korban adalah adanya tuduhan dugaan pencurian yang dilakukan oleh korban. Saat itu, korban dituduh menggunakan dana penjualan air galon sebesar Rp700 ribu.
"Di salah satu ruang itu, disekap dan diikat. Kemudian dipukul pakai selang disetrum menggunakan akumulator. Setelah dianiaya, uang Rp700 ribu itu sudah diganti oleh adik korban," ujarnya.
Sementara Kuasa hukum Yayasan Ponpes Ora Aji Adi Susanto membantah dugaan pengeroyokan dan penganiayaan yang disebut kepada 13 pengurus dan santi ponpes milik Gus Miftah itu.
BACA JUGA : Gus Miftah Resmi Mengundurkan Diri dari Jabatannya Sebagai Staf Khusus Presiden
BACA JUGA : Usai Mundur, Gus Miftah Tetap akan Berdakwah dengan Kalimat yang Lebih Santun
"Menganiaya, membuat cedera itu nggak ada. Para santri yang merasa dirinya kehilangan, yang merasa dirinya ini santri kok kelakuan kayak gini. Mereka itu tersulutlah dalam arti untuk memberikan semacam pelajaran pendidikan moral sesama santri dan itu di luar sepengetahuan pengurus," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: