Hutan Lindung Gunung Slamet Rusak, Jaga Rimba Menjaga Nalar Manusia dari Ancaman Bencana
Aktivis lingkungan Jaga Rimba melakukan patroli di kawasan hutan lindung lereng barat Gunung Slamet di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. -DOK. DISWAY.ID-
BREBES, diswayjogja.id - Kerusakan hutan lindung di kawasan lereng barat Gunung Slamet di wilayah Kabupaten Brebes kian mengkhawatirkan. Pembalakan liar hutan lindung untuk alih fungsi lahan pertanian menjadi ancaman nyata dengan datangnya bencana yang bertubi. Di tengah kekosongan nalar ekologis dengan pembalakan hutan lindung secara ugal-ugalan, "Jaga Rimba" hadir. Seperti apa?
...
LERENG barat Gunung Slamet di wilayah Kabupaten Brebes selatan berselimut permadani. Tanaman sayuran kentang laksana permadani menghampar luas ratusan hektare di wilayah Kecamatan Sirampog dan Paguyangan Kabupaten Brebes. Sayuran itu ditanam oleh para petani penggarap, yang konon dimodali oleh para bandar atau cukong.
Hutan lindung di lereng barat Gunung Slamet seluas lebih dari seribu hektare dibabat habis oleh hawa nafsu para cukong. Mereka melakukan pembalakan liar secara ugal-ugalan untuk mengalihfungsikan hutan lindung menjadi lahan pertanian. Hasil panen mereka jual ke pabrik-pabrik skala nasional.
BACA JUGA:Sekda Kabupaten Tegal Amir Makhmud Ajak Warga Lestarikan Hutan Gunung Slamet
Aksi pembalakan liar itu terjadi sejak lama dan kian masif hingga saat ini. Pembalakan besar-besaran dilakukan dalam kurun waktu 2017 hingga memasuki masa pandemi Covid-19, tepatnya di akhir 2021. Hutan yang gundul hingga ketinggian 2100 mdpl (meter di permukaan laut) ini memancing emosi warga karena bencana yang datang bertubi-tubi.
Sekelompok pemuda mengaku prihatin dengan kondisi alam yang tak lagi bersahabat dalam lingkup ekologis ini. Mereka yang tergabung dalam aktivis lingkungan Jaga Rimba telah mengedukasi warga hingga menjaga hutan lindung yang terlanjur gundul.
Bahkan secara bergantian, mereka menginap di Selter Konservasi Jaga Rimba di ketinggian 2010 mdpl.
Abdul Rozak, selaku pembina aktivis lingkungan Jaga Rimba mengaku, bersama kelompoknya yang berjumlah 160 orang terus melakukan kegiatan konservasi, patroli, dan penanaman bibit pohon. Selain itu, perawatan serta penjagaan hutan lindung di wilayah Kecamatan Sirampog.

Hutan lindung di kawasan Gunung Slamet rusak parah ditanami kentang-DOK. DISWAY.ID-
Semua kegiatan itu dilakukan secara mandiri dan swadaya tanpa campur tangan pemerintah. Bahkan mereka juga tak lelah mengedukasi warga untuk menjaga ekosistem alam pegunungan.
”Sekitar tanggal 17 Agustus 2023, saya kedatangan tamu misterius, merokok bareng. Tamu itu menyampaikan pesan, kalau saudara yang di atas masih tetap rusak alam, akan dikirimi bencana, penyakit, dan nasib melarat semelarat melaratnya,” kata Rozak saat berbincang dengan wartawan, Jumat, 18 April 2025.
Dirinya menceritakan, pada 2021 sempat terjadi kebakaran hutan lindung yang disebut terjadi karena faktor cuaca saat musim kemarau. Relawan Jaga Rimba menaruh kecurigaan bahwa hutan lindung itu sengaja dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab, tapu tak bisa membuktikan. Sebab, tak hanya sekali dua kali mereka menyaksikan kayu pohon yang ditebang dan dibakar telah dibuang ke sungai.
BACA JUGA:Peringati HPN dan HUT PWI, Wartawan Hiking ke Lereng Gunung Slamet bersama Joglo Ageng Guci
”Penebangan pohon itu sangat masif. Bahkan ada bandar yang membayar petani saat penebangan pohon. Untuk pohon berukuran besar yang berhasil ditebang mereka mendapat upah sekitar Rp 2 juta. Pohon yang ditebang, kayunya tidak dijual, tapi dibakar di hutan dan sisanya dibuang di sungai,” jelas Rozak.
Rozak menyebut, kerusakan hutan lindung di lereng barat Gunung Slamet sangat parah. Penggarapan lahan pertanian kentang sudah sampai di ketinggian 2.100 mdpl dan sudah memasuki center hutan lindung. Sedangkan ketinggian puncak Gunung Slamet adalah 3.432 mdpl.
Dia mengungkap, kerusakan hutan lindung tidak hanya terjadi di Kabupaten Brebes. Terjadi pula di wilayah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Banyumas.
Di wilayah Tanggeman Kabupaten Tegal, pembalakan hutan lindung untuk alih fungsi lahan pertanian bahkan sudah sampai pada ketinggian 2.300 mdpl. Untuk Kabupaten Banyumas kerusakan hanya di ketinggian 800 mdpl, dan berhenti karena sudah terjadi banjir bandang untuk pertama kalinya tahun kemarin.
”Di sini, khususnya wilayah Sirampog, jalan desa sudah seperti sungai saat hujan deras. Air dari atas langsung turun ke bawah karena di atas sudah tidak ada pohon yang menyerap air. Banjir bandang sering terjadi,” katanya.
Rozak mengungkapkan, aktivis lingkungan Jaga Rimba dan para relawan yang peduli terhadap lingkungan sering diintimidasi oleh oknum petani kentang yang dibekingi oleh bandar atau cukong. Bahkan, saat para relawan sedang berada di atas untuk melakukan penjagaan, ban sepeda motor milik mereka sering dibacok. Intimidasi juga mereka alami saat mengambil foto kerusakan hutan lindung.
Puncak konflik antara aktivis lingkungan dengan petani kentang anak buah bandar terjadi pada 21 September 2023. Dimana para aktivis lingkungan saat ini hendak menunjukkan kerusakan hutan lindung kepada Camat Sirampog. Namun terjadi persekusi dan penyanderaan para aktivis lingkungan hingga seorang camat akhirnya dievakuasi untuk menghindari konflik berkepanjangan.
”Daerah lain terjadi ribut biasanya penduduk dengan aparat atau Perhutani. Tapi di sini justru sering bentrok antar warga. Tapi kini konflik sudah berangsur-angsur membaik. Sudah ada sedikit kesadaran, tinggal prosesnya bisa hijau kembali butuh waktu ratusan tahun,” ungkap dia.
Rozak menyampaikan, di dekat lokasi pembalakan hutan lindung ini terdapat Tuk Suci, sumber mata air yang dimanfaatkan warga Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal. Karena itu, mereka meminta para perusahaan air minum daerah yang mengambil air dari Tuk Suci bisa lebih peduli untuk bersama-sama melakukan konservasi hutan lindung.
”Di sini ada sumber air untuk Kabupaten Brebes dan Tegal. Kalau dibiarkan tidak ada reboisasi bisa kekurangan air bersih. Ini bukan soal urusan perut para petani, tapi ini sudah memasuki hawa nafsu bandar,” katanya.
Sementara data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes tercatat, hutan yang berada di lereng barat Gunung Slamet telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Luasan hutan gundul di gunung Slamet ini mencapai ribuan hektar dan menjadi penyebab banjir bandang.
Total luasan hutan di wilayah Kabupaten Brebes yang tidak tertutup vegetasi atau hutan gundul saat ini mencapai 35 persen atau sekitar 2.168 hektare.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: