YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Aris Slamet Widodo, berhasil meraih hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Tahun Anggaran 2025.
Program ini difokuskan untuk mengembangkan agribisnis jamur melalui pemanfaatan limbah serbuk gergaji sebagai energi biomassa bagi mesin steamer baglog di Desa Karangsari, Wonosobo.
Aris menjelaskan bahwa program ini lahir dari persoalan lingkungan yang telah lama dihadapi masyarakat Karangsari. Desa tersebut diketahui memiliki 18 pabrik penggergajian kayu yang setiap hari menghasilkan volume limbah sangat besar.
“Limbah selama ini banyak dibakar sehingga menimbulkan polusi udara, sisanya dibiarkan menumpuk,” ujar Aris, Sabtu (22/11/2025).
BACA JUGA : Kemenkeu Percepat Redenominasi, Ekonom UMY: Tahapannya Bisa Capai 10 Tahun
BACA JUGA : Inovasi Dosen UMY Ciptakan Alat Pengukus Bertingkat, Efisiensi Produksi Somai Naik 500 Persen
Melihat potensi sekaligus masalah tersebut, tim UMY menginisiasi pemanfaatan serbuk gergaji sebagai bahan baku baglog (media tanam jamur). Inisiatif ini diperkuat dengan studi banding ke sentra baglog di Klangon, Bantul, serta uji coba budidaya jamur tiram di Karangsari.
“Hasilnya jamur bisa tumbuh berkembang dengan baik di Karangsari. Secara agroklimat, terutama kelembapannya, sangat mendukung,” katanya.
Melalui hibah DPPM 2025, tim menghadirkan peralatan modern yang membuat proses produksi baglog jauh lebih efisien. Bila sebelumnya pengadukan dan pengepresan dilakukan manual menggunakan tangan dan batang kayu, kini seluruh proses telah ditangani oleh mesin pengaduk dan mesin press baglog.
“Alhamdulillah kami dapat alat pengaduk, jadi tidak perlu lagi mencampur bahan secara manual. Setelah itu bahan langsung dipindahkan ke mesin press,” jelas Aris.
BACA JUGA : Din Syamsuddin Minta UMY Rumuskan Strategi Peradaban Global Berbasis Islam
BACA JUGA : UMY Buka Prodi AI dan Kriminologi, Jawab Tantangan Era Digital dan Sosial Modern
Hasilnya sangat signifikan yaitu melaluietode manual membutuhkan kurang lebih 4 menit untuk menghasilkan 1 baglog, sementara dengan mesin hanya 1 menit.
Ukuran baglog juga menjadi lebih seragam berkat tekanan mesin yang stabil. Dari sisi lingkungan, program ini menurunkan praktik pembakaran limbah kayu, sehingga kualitas udara desa turut membaik.
Secara ekonomi, manfaatnya langsung dirasakan masyarakat. Kelompok Shodaqoh Sampah, yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu, sekarang memiliki peluang pendapatan baru.