SLEMAN, diswayjogja.id - Komunitas Suara Ibu Indonesia menggelar acara Kenduri Suara Ibu Indonesia #2 di Boulevard Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (3/10/2025) sore.
Kenduri ini diikuti oleh seluruh ibu untuk berdiskusi dan rasan-rasan (menggunjing) terkait kasus keracunan makanan yang masih terus terjadi, serta mendalami isu tata kelola pangan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Penanggung jawab kegiatan, Kalis Mardiasih, menyampaikan bahwa meskipun sudah ada aksi pada Jumat minggu sebelumnya, kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) berupa keracunan makanan masih terus bertambah.
Menurutnya, respons pemerintah dinilai belum memadai karena hanya fokus pada langkah-langkah teknis seperti merekrut koki dan memasang CCTV, tanpa menyentuh akar masalah tata kelola pangan yang sentralistik dan militeristik.
BACA JUGA : Aksi Tabuh Panci di UGM, Suara Ibu Indonesia Tuntut Hentikan Program MBG
BACA JUGA : Ibu Hamil Ikut Aksi Damai Tabuh Panci, Curhat Tak Mau Anaknya Jadi Korban MBG
“Desain tata kelola yang sentralistik ini membuat rantai penyediaan pangan dari produksi, penyimpanan hingga konsumsi tidak berbasis komunitas dan keluarga,” ujar Kalis.
Ia menambahkan, ada indikasi kuat bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) memiliki MOU (Memorandum of Understanding) dengan korporasi besar, yang memperkuat posisi sistem pangan yang jauh dari kontrol masyarakat lokal.
Kenduri Suara Ibu Indonesia #2 menghadirkan pegiat pangan lokal, aktivis antikorupsi, serta peneliti politik pangan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan terkait permasalahan pangan dan tata kelola yang terjadi.
Dalam diskusi tersebut mengungkap fakta-fakta mengejutkan seperti penggunaan bahan makanan kedaluwarsa di produk makanan cepat saji hingga kurangnya transparansi dalam rantai pasok pangan.
BACA JUGA : Aksi Sapi Bergambar Wajah Presiden Prabowo, BEM KM UGM Kritik Program MBG dan Tuduh Langgar Konstitusi
BACA JUGA : BEM KM UGM Kritik Pidato Presiden Prabowo di PBB, Sebut Bicara Perdamaian Tapi Rakyat Ditindas
Salah satu isu yang ditekankan adalah perbedaan antara susu ultraproses dari pabrik dengan susu asli petani lokal dari Boyolali dan daerah lain yang jauh lebih sehat.
“Ibu-ibu yang setiap hari memberi makan anaknya tidak akan diam saja melihat kondisi ini,” terangnya.
Kenduri ini menjadi momentum penting bagi ibu-ibu di Yogyakarta untuk bersatu, memperkuat jaringan komunitas, dan menuntut tata kelola pangan yang adil dan sehat bagi semua.