Kota ini menjadi tuan rumah bagi 75 anggota JKPI dari seluruh Indonesia.
“Tahun ini FSY menjadi bagian dari kegiatan Jaringan Kota Pusaka Indonesia, di mana Kota Yogyakarta menjadi tuan rumah,” ucapnya.
Festival yang berlangsung selama enam hari, dari 30 Juli - 4 Agustus 2025 ini, menyuguhkan beragam agenda mulai dari pasar budaya sastra, panggung baca karya, hingga program-program interaktif yang melibatkan publik sastra secara luas.
"Selama penyelenggaraan Festival Sastra tahun 2025, tercatat rata-rata 1.100 orang hadir setiap harinya," tuturnya.
BACA JUGA : KAI Daop 6 Pastikan Keberangkatan Kereta Tepat Sesuai Jadwal dari Yogyakarta dan Solo
BACA JUGA : Perjuangan Latihan Terakhir Tahap Pertama Calon Paskibraka Kota Yogyakarta dari Pagi Hingga Malam
Tingkat partisipasi juga tercermin dari kehadiran lebih dari 60 sastrawan penampil dan 35 komunitas sastra yang turut serta aktif dalam berbagai sesi.
“Lebih dari 60 sastrawan penampil terlibat dalam berbagai sesi dan lebih dari 35 komunitas sastra turut ambil bagian aktif,” sebutnya.
Tak hanya itu, FSY 2025 juga mencatat rekor partisipasi peserta dalam Sayembara Puisi Nasional yang menjangkau ratusan daerah.
“Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada 1.465 peserta sayembara puisi nasional yang berasal dari 285 kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” imbuhnya.
Menurutnya, FSY harus terus dirawat sebagai ruang pertumbuhan sastra dan literasi di Indonesia. Ia berharap acara ini dapat semakin diakui secara nasional dan memberikan dampak luas terhadap perkembangan sastra Indonesia.
BACA JUGA : 7 Orang Meninggal Akibat Leptospirosis, Hasto Siagakan Kedaruratan dalam Pelayanan Kota Yogyakarta
BACA JUGA : KAI Daop 6 Yogyakarta Berikan Ongkos Bongkar kepada Penghuni 13 Bangunan Lempuyangan
“Kami berharap FSY semakin diakui di tingkat nasional dan dapat memberikan dampak lebih luas bagi perkembangan sastra Indonesia,” pungkasnya.
Ia menutup sambutan dengan menekankan bahwa FSY bukan lagi sekadar peristiwa tahunan, tetapi telah tumbuh menjadi gerakan budaya yang melibatkan semua pihak yang percaya pada kekuatan kata.
“Festival ini bukan sekadar peristiwa tahunan, tetapi sebuah gerakan budaya yang membuka ruang tumbuh bagi penulis, pembaca, dan semua yang percaya pada kekuatan kata-kata,” tambahnya.