YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Candi Sewu adalah salah satu candi Buddha terbesar di Indonesia, terletak di dekat Candi Prambanan, Candi ini merupakan bagian dari kompleks candi yang lebih besar dan menjadi salah satu bukti kehebatan arsitektur dan peradaban Jawa Kuno pada masa Dinasti Syailendra.
Nama "Sewu" yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa sebenarnya adalah nama yang bersifat simbolis, karena jumlah candi dalam kompleks ini tidak mencapai seribu, melainkan sekitar 249 candi. Sering dianggap sebagai salah satu permata sejarah dan budaya Indonesia yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan Borobudur atau Prambanan.
Pembangunan Candi Sewu diperkirakan dimulai pada abad ke-8, tepatnya sekitar tahun 792 Masehi, di bawah pemerintahan Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada masa itu. Dinasti ini dikenal sebagai pelindung agama Buddha Mahayana, dan candi ini pun dibangun sebagai pusat keagamaan untuk mendukung penyebaran agama tersebut. Kompleks ini dibangun dengan konsep mandala, yang melambangkan keseimbangan kosmis dan kesatuan dalam agama Buddha.
Kompleks Candi Sewu terdiri dari satu candi utama yang besar di tengah, dikelilingi oleh candi-candi kecil yang disusun dalam pola konsentris. Candi utama memiliki tinggi sekitar 30 meter dan berbentuk poligon dengan 20 sisi. Desain candi ini menunjukkan pengaruh arsitektur India yang berpadu dengan gaya lokal Jawa. Di dalam candi utama, terdapat ruang utama yang kemungkinan besar digunakan untuk menempatkan arca Buddha sebagai objek pemujaan.
BACA JUGA : Perayaan Tahun Baru di Candi Prambanan Diakui Dunia, Salah Satu World Top New Years Eve
BACA JUGA : Rekomendasi Destinasi Wisata Favorit dengan Nilai Sejarah dan Spiritual yang Tinggi di Candi Mendut
Candi Sewu juga memiliki keunikan karena keberadaannya yang sangat dekat dengan Candi Prambanan, yang merupakan candi Hindu. Hal ini mencerminkan toleransi dan harmoni antara agama Buddha dan Hindu di masa lalu, di mana kedua agama besar ini hidup berdampingan secara damai di wilayah tersebut.
Meski berdekatan, Candi ini tetap memiliki karakteristik dan identitasnya sendiri yang mencerminkan keagungan arsitektur Buddha.
Pada masa kejayaannya, Candi Sewu kemungkinan besar menjadi pusat kegiatan keagamaan yang ramai, menarik perhatian para biksu, pedagang, dan masyarakat dari berbagai wilayah.
Namun, setelah runtuhnya Dinasti Syailendra dan masuknya Islam di Jawa, candi ini mulai ditinggalkan dan terlupakan. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar struktur candi ini rusak akibat gempa bumi dan faktor alam lainnya.
BACA JUGA : Situs Candi Plaosan Sejarah dan Keunikan, Rekomendasi Tempat Liburan Akhir Tahun Simbol Menyatukan Perbedaan
Restorasi wisata ini baru dimulai pada abad ke-20 oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan.
Meskipun banyak bagian candi yang hilang atau hancur, upaya restorasi ini berhasil mengembalikan sebagian besar bentuk aslinya. Saat ini menjadi salah satu situs sejarah yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan UNESCO.
Selain sebagai tempat wisata, Candi Sewu juga memiliki nilai spiritual dan edukasi. Pengunjung dapat mempelajari lebih dalam tentang sejarah agama Buddha di Indonesia, serta menghargai keindahan arsitektur Jawa kuno yang penuh dengan simbolisme. Kompleks ini juga sering dijadikan lokasi penelitian oleh para arkeolog dan sejarawan.