JOGJA, diswayjogja.id - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY kembali menggelar Rebug Perempuan Jogja yang pada tahun ini mengusung tema Kebangkitan Ekonomi Perempuan.
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengungkapkan dahulu Kongres Perempuan Indonesia Pertama dilaksanakan di Jogja dengan tujuan mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan perempuan Indonesia.
Mengambil semangat Kongres Perempuan Indonesia tersebut, maka digelarlah pertemuan Rembug Perempuan Jogja pada 2024 dengan mengusung tema Kebangkitan Ekonomi Perempuan.
“Hal ini dilatarbelakangi persoalan krusial bagi perempuan adalah ekonomi. Di Indonesia, peran perempuan dalam pembangunan ekonomi diakui dan diperhatikan,” kata Erlina di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (GSP UGM), Kamis (28/11/2024).
BACA JUGA : Pemungutan Suara Berjalan Baik? Bawaslu Bantul Beri Sejumlah Catatan Penting, Cek Disini
BACA JUGA : Ajang Promosi Filmmaker Berbakat, Alternativa Film Awards & Festival Digelar di GIK UGM
Dilaksanakan dengan anggaran Dana Keistimewaan (Danais), Rembug Perempuan Jogja diikuti oleh kurang lebih 1.000 orang perempuan dari keterwakilan berbagai elemen.
Mulai dari perempuan wirausaha, pekerja, pengusaha, sektor informal, Akademisi, mahasiswa, aparatur, sipil negara, pemerhati gender dan pembangunan, aktivis lembaga swadaya masyarakat serta media massa hadir dalam Rembug Perempuan Jogja tahun ini.
Rembug Perempuan Jogja juga dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT ASI Pudjiastuti Aviation, Susi Pudjiastuti hingga Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X.
Perempuan, kata Erlina, punya potensi besar dalam menggerakkan perekonomian negara akan tetapi masih menemui banyak kendala.
Hambatan-hambatan ini yang menurut Erlina perlu diatasi untuk memastikan perempuan dan anak perempuan dapat mengembangkan potensinya secara maksimal serta berkontribusi dalam masyarakat dan perekonomian (Women Economy Empowerment).
Bagi Erlina, pemberdayaan ekonomi perempuan di jantung diskusi adalah kunci untuk memberikan global exit strategy yang sukses.
Jika merujuk data BPS, sebanyak 64% usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dikelola oleh perempuan.
Namun, angka tersebut merupakan angka keterwakilan secara besar di bisnis skala mikro saja. selain itu angka 64%UMKM perempuan ini didominasi subsisten karena pemilik usaha merasa tidak memiliki peluang untuk bekerja di tempat lain dan tujuan membuka usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Potensi besar namun hambatan masih cukup besar untuk dilewati,” ucap Erlina.